Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikhwal Pembiayaan Syariah, Malaysia Masih Terdepan di Asia Tenggara

Kompas.com - 12/10/2013, 17:08 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Ide untuk menerapkan sistem pembiayaan syariah di Malaysia berangkat dari dari pendirian Perbadanan Wang Simpanan Bakal-Bakal Haji (PWSBH) pada 1963. Kala itu, PWSBH memang menjadi institusi satu-satunya untuk para jemaah calon haji yang bakal berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Beberapa catatan terkumpul menunjukkan enam tahun kemudian, PWSBH menggabungkan diri dengan institusi Pejabat Urusan Haji. Dari kongsi itulah berdiri Lembaga Urusan dan Tabung Haji. Kini, lembaga itu bernama Lembaga Tabung Haji.

Sementara itu, menurut catatan pemerhati perbankan syariah Muhammad Syafii Antonio, bank syariah pertama di Malaysia berdiri pada 1983. Namanya Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB). Sekitar sepuluh tahun sesudahnya, pemerintah Malaysia bergerak cepat. Kala itu, pemerintah Malaysia memperkenankan bank komersial, bank perdagangan, dan perusahaan pembiayaan mengajukan permohonan untuk menghasilkan produk dan layanan pembiayaan berbasis syariah. Seluruhnya berada dalam Skema Perbankan Syariah Malaysia (IBS). Sampai sekarang, ada 15 perbankan syariah yang beroperasi di Malaysia.

Secara global, pertumbuhan perbankan syariah memang meningkat rerata di atas 15 persen per tahun. Catatan Bank Negara Malaysia (BNM) sampai dengan akhir tahun 2012 menunjukkan kontribusi perbankan syariah di Malaysia mencapai angka lebih dari 25 persen. "Sementara, Indonesia baru mencapai lima persen sejak satu dekade,"kata Direktur Eksekutif Pusat Ekonomi Syariah (PKES) Ismi Kushartanto di Solo, Jawa Tengah, pada Rabu (9/10/2013) lalu.

Berbicara dalam acara workshop tentang pembiayaan syariah yang diselenggarakan Bank Danamon, Ismi mengatakan kontribusi lima persen itu setara dengan Rp 200 triliun. "Hal itu berarti peluang untuk berkembang masih sangat terbuka lebar,"katanya.

Salah satu ukuran potensi adalah jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai 225 juta jiwa. Menurut Ismi, pembiayaan syariah termasuk di dalamnya perbankan syariah berpeluang mengambil ceruk ini. "Kalau kesempatan ini dimanfaatkan, Indonesia tetap potensi menggeser Malaysia dalam hal pembiayaan syariah," tutur Ismi.


Gaya hidup

Josephus Primus Direktur Eksekutif Pusat Ekonomi Syariah (PKES) Ismi Kushartanto. Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) menghelat aktivitas bertajuk 4E's (Educate, Exhibition, Entertainmnet, Execution) untuk meningkatkan peran berbagai elemen pembiayaan berbasis syariah. Secara resmi peluncuran GRES! oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berlangsung di Monas, Jakarta pada 5 November 2013.

Menurut Ismi, demi memperbesar peran pembiayaan syariah di Indonesia ada hal yang patut menjadi perhatian semua kalangan. "Tidak hanya pemerintah, tetapi semua pemangku kepentingan harus bersama-sama ikut serta,"katanya.

Ismi mengingatkan soal program Gerakan Ekonomi Sosial (GRES!) yang belum lama dicanangkan. Sejauh ini, GRES! menghelat aktivitas bertajuk 4E's (Educate, Exhibition, Entertainmnet, Execution) untuk meningkatkan peran berbagai elemen pembiayaan berbasis syariah. Secara resmi peluncuran GRES! oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berlangsung di Monas, Jakarta pada 5 November 2013.

Dalam hemat Ismi, ada dua pokok penting pula di dalam GRES!. Memanfaatkan pembiayaan syariah adalah menguntungkan. Sementara itu, pembiayaan syariah harus menjadi gaya hidup, juga di Indonesia. "Gaya hidup syariah tak hanya dijalankan pada waktu beribadah. Tapi juga dalam aktivitas bisnis,"katanya mengingatkan.
 

Sementara itu, Direktur Perbankan Syariah Bank Danamon Herry Hykmanto dalam kesempatan itu mengatakan  ada target aset Rp 6 triliun hingga Rp 8 triliun sebagai syarat spin off (pemisahan) bagi Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Danamon menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Target aset UUS Bank Danamon saat ini ada di posisi Rp 3 triliun.

Menurut Sharia Small Medium Enterprises Commercial (SMEC) Bussiness Head Bank Danamon Fajar Wahyudi, pihaknya mencatatkan pembiayaan Danamon Syariah hingga September 2013 di angka Rp 1,7 triliun. Dari jumlah itu, 60 persennya merupakan pembiayaan untuk koperasi karyawan (kopkar).

Sementara, masih menurut Fajar, setahun silam pihaknya melakukan pembiayaan untuk 188 kopkar dari 96 perusahaan. Angkanya mencapai Rp 739 miliar. Hingga akhir 2013, target pembiayaan pada pos ini dipatok Rp 1 triliun.

Pada bagian berikutnya, imbuh Fajar, Danamon Syariah melalui Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) juga menjalin kerja sama pembiayaan dengan skema linkage executing. Catatan sampai dengan akhir September 2013 menunjukkan pembiayaan mencapai Rp 130 miliar.

Sekarang, 21 BPRS sudah menjalin kerja sama dengan skema tadi. Pada setahun sebelumnya, 2012, pembiayaan melalui skema ini ada di posisi Rp 111 miliar. Pesertanya ada 18 BPRS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com