Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Kelainan Jaringan Otak, Balita India Alami Pubertas Dini

Kompas.com - 03/10/2013, 12:06 WIB
NEW DELHI, KOMPAS.com - Akibat kelainan otak seorang balita berusia tiga tahun asal Puducherry, India mengalami pubertas jauh lebih cepat.

Akibat pubertas dini ini, si bocah mengalami pembesaran ukuran alat kelamin, suara menjadi besar, dan jerawat tumbuh di wajahnya.

Kondisi ini berawal saat si bocah berusia 18 bulan. Orangtuanya sudah memperhatikan adanya perubahan fisik yang seharusnya muncul saat bocah itu berusia belasan.

Bocah itu kemudian dibawa ke Institut Pascasarjana Ilmu Kedokteran dan Riset (Jipmer) di Puducherry. Di sinilah para dokter menemukan bahwa bocah itu menderita kelebihan hormon.

Serangkaian tes lanjutan menunjukkan bocah itu menderita pubertas dini, sebuah kondisi yang hanya diderita satu dari 10.000 anak di AS. Namun, kondisi ini dalam usia yang masih sangat muda semakin jarang terjadi.

Pubertas dini ini disebabkan tubuh memproduksi hormon estrogen dalam jumlah yang abnormal. Kondisi ini biasanya disebabkan adanya kelainan jaringan otak.

Kondisi ini biasanya lebih sering terjadi para anak perempuan ketimbang laki-laki. Sehingga pernah tercatat Lina Medina, seorang bocah perempuan Peru melahirkan saat baru berusia lima tahun pada 1939.

Kelainan jaringan otak

Para dokter di Jipmer menemukan adanya jaringan abnormal di area hypothalamus otak bocah itu yang terhubung langsung dengan sistem saraf yang mengatur produksi hormon estrogen.

Selama dua tahun, dokter memberi terapi suntik untuk menghentikan produksi hormon yang berlebihan, namun hanya berdampak minim terhadap kondisi bocah itu.

Dengan cara suntik ini, bocah itu harus menjalani terapi selama 10 tahun, padahal orangtuanya sudah tak mampu lagi membiayai pengobatan mahal itu.

Sebagai alternatif, para dokter melakukan pembedahan otak yang jarang dilakukan. Mereka akan mengambil jaringan bermasalah di otak bocah itu. Operasi tersebut berlangsung selama tiga jam.

"Pubertas dini bisa diatasi dengan pengobatan yang tepat dan proses pembedahan jika sejak dini sudah terdiagnosa. Anak-anak dengan kondisi ini biasanya mengalami pubertas sebelum berusia 8 tahun," kata Kepala Bagian Bedah Saraf Jipmer, VR Roopesh Kumar, kepada The Times of India.

Beruntung pembedahan rumit terhadap bocah balita itu berlangsung lancar.

"Pasien merespon dengan baik. Ini adalah sebuah pembedahan yang rumit karena jaringan bermasalah harus dibuang tanpa mengganggu struktur vital yang berada di sekitarnya," ujar Kumar.

"Produksi hormonnya kembali normal untuk anak-anak seusianya dan dia tak perlu menjalani pengobatan lebih lanjut," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com