NEW YORK, KOMPAS.com — Polisi menahan seorang pria yang melakukan percobaan serangan teror di sebuah stasiun bawah tanah, di bawah terminal bus, di New York, Amerika Serikat, Senin (11/11/2017) pagi waktu setempat.
"Teroris tidak akan menang," ucap Wali Kota New York Bill de Blasio setelah sebuah ledakan mengguncang kotanya saat keramaian orang memadati pusat transportasi.
Pelakunya, Akayed Ullah, seorang pria berusia 27 tahun, merupakan imigran asal Bangladesh.
Dia menderita sejumlah luka akibat ledakan bom pipa berteknologi rendah buatannya sendiri yang diikatkan ke tubuhnya.
Baca juga: Polisi New York: Terduga Pelaku Pengeboman Berasal dari Bangladesh
Tiga orang mengalami luka ringan ketika bom itu meledak di jalan stasiun bawah tanah.
Dalam foto yang beredar di sosial media, tampak seorang pria terkapar di jalan dengan bajunya yang robek dan terkoyak.
De Blasio meyakini dia sebagai satu-satunya pelaku dalam serangan itu.
Lalu, siapakah Ullah?
Dia bekerja di perusahaan listrik. Ullah memilih pindah ke AS dengan menggunakan visa keluarga pada 2011.
Pemerintah Bangladesh mengklaim Ullah tak memiliki catatan kriminal di negara asalnya yang dikunjungi terakhir olehnya pada September.
Police say this is Akayed Ullah, a 27-year-old man from Brooklyn who is accused of detonating an explosive device in a subway tunnel beneath the Port Authority Bus terminal Monday morning. He is in custody and being questioned. pic.twitter.com/9ZKHwJQAdk
— Spectrum News NY1 (@NY1) 11 Desember 2017
Juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, menyatakan, permintaan Presiden AS Donald Trump terkait pembersihan imigran yang berbahaya telah dilakukan.
Menurut dia, Ullah tidak akan pernah diizinkan masuk ke AS.
"Serangan ini menggarisbawahi perlunya Kongres bekerja sama dengan Presiden mengenai reformasi imigrasi yang meningkatkan keamanan nasional dan keamanan publik," tambahnya dalam sebuah konferensi pers.
Baca juga: Pelaku Mengebom Terminal Bus Manhattan untuk Balas Dendam
Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan, banyak orang yang menargetkan New York sebagai sasaran teror untuk melawan demokrasi dan kebebasan.