Kesimpulan itu dikeluarkan oleh kelompok hak asasi manusia, Global Witness, dalam laporannya pada Jumat (23/10/2015).
Organisasi yang berkantor di London itu menjelaskan, para pemilik tambang memberikan dana kepada kelompok pemberontak Kachin dan pemerintah dalam konflik yang menewaskan ribuan orang sejak 2011.
Batu giok diperkirakan menghasilkan US$31 miliar atau sekitar Rp 421 triliun pada 2014, jauh lebih tinggi dibandingkan data resmi pemerintah.
Namun seorang pejabat Myanmar menepis tudingan bahwa batu giok dieksploitasi secara besar-besaran. Menurutnya, batu giok yang ditambang disimpan sebagai kekayaan negara.
Seiring dengan pelonggaran sanksi internasional terhadap Myanmar, impor peralatan berat dimungkinkan untuk digunakan di pertambangan batu giok.
Akibatnya, praktik tersebut menimbulkan banyak lubang besar yang sering longsor dan kemudian menimbun para pekerja.
Salah satu pusat batu giok berada di Hpakant di Negara Bagian Kachin. Di sana dilaporkan hampir tidak ada sejengkal tanah yang tidak tersentuh aktivitas perburuan batu berharga ini, mulai dari penggalian hingga pengangkutan.
Batu-batu giok berkualitas bagus, kata Global Witness, diselundupkan ke China
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.