Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kinerja Presiden Jokowi dari Australia

Kompas.com - 20/10/2015, 13:48 WIB
KOMPAS.com - Tanggal 20 Oktober setahun yang lalu, Joko Widodo secara resmi dilantik menjadi Presiden Indonesia yang ketujuh menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam masa 12 bulan terakhir, bagaimana warga Indonesia di Australia melihat pemerintahan Presiden Jokowi?

Berikut beberapa pendapat warga dari Perth di Barat Australia sampai ke Brisbane di bagian Timur kepada ABC Australia Plus.

"Menurut pendapat saya, pemerintahan Pak Jokowi setahun terakhir ini ada beberapa hal yang sudah kelihatan cukup baik. Seperti penggadaan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar," tutur Novi Wilkinson, seorang warga Indonesia yang tinggal di Perth, Australia Barat.

Novi, wiraswasta dan baru pindah ke Perth selama setahun, mengatakan konsep pengadaan kartu-kartu tersebut sudah cukup baik jika dilaksanakan dengan benar dan ditujukan pada sasaran yang tepat yaitu pada masyarakat Indonesia yang benar-benar membutuhkan.

"Yang perlu diperhatikan adalah dari mana anggaran yang digunakan untuk membiayai Kartu Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar tersebut, sehingga tidak menambah hutang-hutang Indonesia dari negara lain," kata Novi kepada wartawan ABC L. Sastra Wijaya.

Di bidang ekonomi, naiknya harga bahan bakar, diikuti dengan naiknya harga-harga komoditi di pasar serta melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS menyebabkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia semakin menurun karena sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Pak Jokowi dan tim perlu melakukan program yang real untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia." katanya.

Novi Wilkinson juga mengatakan bahwa dalam masalah lingkungan pemerintahan Jokowi dan tim perlu melakukan tindakan yang tepat untuk menangani masalah kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimatan, illegal logging, tambang ilegal dan pencurian ikan.

Sementara dari Adelaide, Australia Selatan, Haris Rahman Risa, mahasiswa dari University of South Australia yang sudah berada di sana selama 3,5 tahun terakhir menyoroti kebijakan pemerintah yang sudah dijalankan khususnya dalam soal kelautan.

"Meskipun banyak kendala dan tantangan di bidang ekonomi tapi sekarang yang paling kelihatan dan terdengar adalah banyaknya kemajuan dari segi penegakan hukum di perairan Indonesia. Dan sangat mendukung tercapainya Indonesia sebagai "Poros Maritim" yang dicanangkan di kepemimpinan Presiden Joko Widodo."

"Semoga dengan terwujudnya Poros maritim ini, masyarakat pesisir bisa lebih sejahtera serta pencurian pasir, perdagangan manusia, dan pencurian ikan di perairan kita bisa diberantas habis," kata Haris mahasiswa jurusan Commerce tersebut.

Di Melbourne (Victoria), Ade Tsalasi yang tinggal di Australia selama sembilan tahun, dan sekarang bekerja sebagai konsultan di bidang IT memuji keberanian Presiden Jokowi untuk melaksanakan hukuman mati terhadap dua warga Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, bulan April lalu.

Akibat pelaksanaan hukuman mati tersebut, hubungan Indonesia dan Australia sempat dingin selama beberapa bulan, dengan Australia menarik Dubesnya Paul Grigson dari Jakarta.

"Sejauh ini saya masih melihat Jokowi sebagai konsumsi media saja. Semua karena banyak orang yang meng-share berita tentang tentang Jokowi di media sosial, baik dari yang fanatik Jokowi ataupun yang gagal move on. Sepertinya hal baik apa pun yang dilakukan Jokowi atau kalau ada cerita yang bisa menjatuhkan Jokowi, selalu jadi berita."

"Secara kinerja, untuk keberanian Jokowi menghadapi tekanan seperti dari Australia misalnya, menurut saya perlu di acungi jempol, apalagi terkait eksekusi mati dua warga negara Australia yang terbukti membawa narkoba. Banyak teman-teman non Indonesia di Australia yang bilang 'Your president is very brave' (Presiden anda berani sekali).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com