Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gula dan Ampas Tebu Bisa Menjadi Bahan Bakar Pesawat Terbang

Kompas.com - 14/06/2015, 08:00 WIB

LOS ANGELES, KOMPAS.com - Sejumlah peneliti telah menemukan cara baru untuk memproduksi bahan bakar pesawat dari tanaman tebu yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences itu mengidentifikasi keberadaan rute kimia baru yang bersumber dari gula tebu serta beberapa bahan ampas tebu yang disebut bagasse. Gabungan komponen itu kemudian bisa diolah menjadi bahan bakar dan pelumas pesawat jet.

Menurut salah seorang peneliti, Alexis Bell dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat, pembuatan bahan bakar ramah lingkungan itu sangat rumit mengingat bahan bakar pesawat punya beragam kriteria ketat.

"Yang pertama adalah tidak boleh ada kandungan oksigen, karena jumlah oksigen dalam jumlah berapapun akan mengurangi kepadatan energi. Lalu karena ruang yang tersedia pesawat terbang sangat minimal maka Anda pasti ingin mengemas energi sebanyak mungkin dalam bentuk bahan bakar," kata Bell kepada BBC.

"Kedua, bahan bakar harus memiliki distribusi titik didih yang tepat dan harus memiliki sifat yang disebut pelumasan, yang berarti tidak menyebabkan keausan berlebihan pada komponen turbin," lanjut Bell.

"Bahan bakar juga harus memiliki titik tuang yang sangat rendah, yang berarti suhu ketika bahan bakar menjadi seperti gelatin dan tidak lagi mengalir. Ketika Anda berada di stratosfer, dan suhu sekitar pesawat diantara -40 derajat celsius dan –50 derajat celcius, tentunya Anda tidak ingin bahan bakar berubah menjadi gel,” tambah dia.

Bell melanjutkan, dari hasil penelitian yang dilakukan timnya bahan bakar berbasis tebu itu sudah memenuhi semua kriteria yang diwajibkan.

Pencarian bahan bakar bio untuk pesawat terbang muncul pada akhir 2000-an ketika sejumlah penerbangan menggunakan campuran bahan bakar tradisional dan bahan bakar dari tanaman.

Pada Februari 2008, penerbangan komersil pertama yang sebagian menggunakan biofuel (diperoleh dari campuran kelapa dan kacang babassu) lepas landas dari bandara Heathrow, London.

Setelah ditinjau oleh perancang pesawat terbang, produsen mesin, dan produsen bahan bakar, penggunaan biofuel untuk pesawat komersil diijinkan pada 2011. Bell mengatakan kelompoknya berharap temuan mereka akan kemudian digunakan oleh produsen bahan bakar pesawat komersial.

Walau bahan bakar bio sangat penting untuk mengurangi ketergantungan dunia pada minyak bumi dan membantu mengurangi perubahan iklim, perlawanan muncul dari berbagai kelompok lingkungan hidup yang berargumen permintaan global untuk bahan bakar bio akan mengancam produksi makanan.

Bell mengakui bahwa sejumlah tanaman makanan yang digunakan untuk diekstrak gulanya, berpotensi menjadi masalah. “Contohnya bila kita menggunakan gula dari bit dan bukan gula tebu maka itu bisa menjadi konflik antara bahan bakar dan makanan,” kata Bell

Namun dia menambahkan: “Dengan menggunakan gula tebu, khususnya di Brasil, di lahan yang tidak digunakan untuk pertanian, kita menghindari konflik itu."

Tanaman sumber bahan bakar bio bisa ditanam di lahan marjinal, sehingga menghindari penggusuran produksi pangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com