PBB menambahkan, di lokasi bencana saat ini, sangat dibutuhkan berbagai barang, mulai dari tenda terpal, air bersih, sabun, hingga obat-obatan.
"Berdasarkan perkiraan awal dan berdasarkan pemetaan intensitas gempa terbaru, 8 juta orang di 39 distrik terdampak bencana ini dan 2 juta orang di antaranya tinggal di 11 distrik yang rusak paling parah," demikian laporan terbaru PBB.
Gempa bumi berkekuatan 7,9 dalam skala richter yang terjadi pada Sabtu siang lalu menghancurkan banyak bangunan di ibu kota Kathmandu dan mengakibatkan rumah-rumah penduduk desa yang sebagian besar dibangun dengan bahan tanah luluh lantak.
Sementara itu, badan PBB urusan anak-anak (Unicef) mengatakan, persediaan makanan dan air bersih terus menipis akibat bencana terburuk yang menimpa kawasan pegunungan Himalaya dalam 80 tahun terakhir itu.
Di lembah Kathmandu, warga nyaris tak melakukan kegiatan apa pun dalam dua hari terakhir. Pada Senin, sejumlah toko kecil mulai buka, tetapi tempat-tempat bisnis berskala besar belum kembali beroperasi.
Puluhan mobil dan truk terlihat mengantre BBM yang persediaannya juga terus berkurang. Bank masih tutup. Meski mesin-mesin ATM bisa berfungsi, penambahan uang di mesin-mesin itu tak terjadi.
Sementara itu, para korban selamat untuk hari ketiga harus tidur di alam terbuka karena mereka masih khawatir adanya gempa susulan yang akan menghancurkan bangunan yang saat ini masih berdiri.
Sayangnya, meski banyak organisasi kemanusiaan internasional yang bekerja di Nepal, bantuan yang mengalir ke negeri itu masih sulit disalurkan kepada para korban.
Penyebabnya terutama adalah mengeluarkan bantuan itu dari Bandara Kathmandu di tengah minimnya tenaga manusia untuk menurunkan bantuan tersebut dan tak tersedianya angkutan untuk membawa bantuan itu ke lokasi bencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.