Pemecatan ini dilakukan setelah serangan teroris terhadap Museum Bardo yang menewaskan 20 orang turis asing. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kemudian mengklaim berada di balik tragedi itu.
Pemecatan itu terjadi di saat Museum Bardo bersiap untuk kembali beroperasi yang oleh manajemen museum disebut sebagai "pesan" kepada kelompok militan yang menyerang tempat itu pekan lalu.
"Ini (membuka museum) merupakan sebuah tantangan sekaligus pesan. Kami ingin menunjukkan mereka (kelompok militan) tidak berhasil mencapai tujuan," kata kurator Museum Bardo, Moncef Ben Moussa.
Pemerintah Tunisia sangat khawatir serangan maut pekan lalu, yang merupakan insiden paling mematikan yang melibatkan warga asing sejak 2002, akan menghantam sektor pariwisata yang sangat vital bagi perekonomian negeri itu.
Sebagai bagian langkah untuk memulihkan kepercayaan internasional, PM Essid memutuskan untuk memecat sejumlah pejabat termasuk kepala kepolisian Tunis dan kepala kepolisian kawasan Bardo.
Namun, belum lagi tragedi Museum Bardo hilang dari ingatan, sebuah bom meledak di perbatasan Tunisia-Aljazair pada Minggu (22/3/2015), menewaskan seorang tentara dan melukai dua orang lainnya.
Serangan bom itu seakan menjadi pengingat bahwa keamanan negeri yang disebut sebagai tempat kelahiran gerakan "Arab Spring" masih sangat rapuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.