Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan PRT yang Diperbudak Kisahkan Penderitaannya kepada Pengadilan Hongkong

Kompas.com - 08/12/2014, 13:31 WIB
HONGKONG, KOMPAS.COM - Seorang mantan pekerja rumah tanggal (PRT) asal Indonesia, Senin (8/12/2014), mengatakan kepada pengadilan untuk pertama kalinya bagaimana dia kelaparan, dipukuli dan dipermalukan olehnya majikannya di Hongkong dalam sebuah kasus yang telah memicu kemarahan internasional.

Erwiana Sulistyaningsih menggambarkan secara rinci dan jelas bagaimana selama berbulan-bulan dia hidup tanpa diberi apa-apa kecuali roti dan nasi, tidur hanya empat jam sehari dan secara rutin ditonjok dan dipukul oleh mantan majikannya Law Wan-tung. "Saya disiksa," kata perempuan 23 tahun itu, yang mengenakan jaket warna ungu dan jumper wol warna putih. Erwina dengan tenang menyampaikan kesaksiannya kepada sidang pengadilan yang penuh sesak lewat seorang penerjemah.

"Dia sering memukul saya... kadang-kadang dia pukul saya dari belakang, kadang-kadang dia pukul saya dari depan. Saya begitu sering dipukul sehingga kadang-kadang saya sampai sakit kepala ... Dia memukul saya di mulut (jadi) saya mengalami kesulitan bernapas."

Dalam satu insiden, kata Sulistyaningsih, dirinya ditelanjangi, direndam air dan disuruh berdiri di depan kipas angin di kamar mandi di tengah musim dingin.

Law menghadapi 21 dakwaan, tuduhan-tuduhan itu juga berkaitan dengan dua mantan pekerja rumah tangga lainnya, antara lain terkait luka fisik, intimidasi dan tidak membayar upah.

Law yang mengenakan mantel coklat muda, celana panjang hitam, dan kacamata berbingkai tebal, terus menundukkan kepala saat  mantan PRT-nya itu menjelaskan dugaan kekejamannya. Sesekali dia melihat sekilas ke arah Erwiana.

Sebelumnya, perempuan itu mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan kecuali satu hal, yaitu bahwa dia tidak menyediakan asuransi untuk Erwiana.

Para jaksa menuduh perempuan 44 tahun dan ibu dari dua orang anak itu telah menggunakan kain pel, vacuum cleaner dan gantungan baju sebagai "senjata" untuk memukul Erwiana selama delapan bulan penderitaan mantan PRT itu. "Dia menempatkan sebuah vacuum cleaner ke dalam mulut saya ... dan membelitnya di sekeliling bibir saya. Itu menimbulkan pendarahan dan sangat menyakitkan," kata Erwiana, yang menambahkan bahwa Law juga pernah mendorongnya dari tangga.

Sejumlah foto mantan pembantu itu, yang dirawat di sebuah rumah sakit di Jawa Tengah pada Januari lalu dalam kondisi kurus dan kritis, telah memicu kemarahan saat foto-foto itu menyebar ke seluruh dunia melalui media sosial. Kasus tersebut juga mendorong aksi unjuk rasa di jalan-jalan di Hongkong pada Mei yang menuntut kondisi kerja yang lebih baik bagi pekerja rumah tangga dan memicu kritik terkait perlakuan buruk terhadap mereka.

Hongkong merupakan tempat tinggal bagi hampir 300.000 pekerja rumah tangga, terutama dari Indonesia dan Filipina. Amnesty International tahun lalu mengecam kondisi "mirip perbudakan" yang dihadapi sejumlah pekerja rumah tangga di kota di China selatan itu, dan menuduh pihak berwenang melakukan pembiaraan "yang tidak dapat dimaafkan".

Pada hari Senin, sekitar 20 anggota organisasi yang mewakili para pekerja rumah tangga di kota itu menggelar aksi protes di luar pengadilan. Mereka melambaikan poster-poster yang menampilkan foto Erwiana serta tulisan yang berbunyi "tidak ada perbudakan modern".

"Keadilan untuk Erwiana" dan "Kami adalah pekerja, kami bukan budak", teriak mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com