Pengucuran dana itu dilakukan setelah kepala dinas intelijen Australia David Irvine mengatakan bahwa konflik berdarah di Suriah dan Irak menciptakan sebuah generasi militan baru.
Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan, sedikitnya 60 warga negeri itu kini bertempur bersama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), sedangkan 100 orang lainnya diketahui secara aktif mendukung ISIS.
"Foto-foto pembunuhan brutal di Suriah dan keberadaan warga Australia di antara para pejuang asing menegaskan bahwa diperlukan tindakan untuk melawan radikalisasi," kata Abbott.
"Begitu serius dan berbahayanya ISIS sehingga keberadaan warga Australia dalam ISIS yang mungkin bisa menjadi masalah di negara lain menjadi masalah kita sekarang," tambah Abbott.
Abbott melanjutkan, dana sebesar Rp 1,2 triliun itu akan digunakan untuk mendukung komunitas-komunitas dan badan-badan keamanan dengan penekanan untuk mencegah radikalisasi dan mengurangi ancaman terorisme dalam negeri.
Dana ini juga bisa digunakan untuk membentuk sebuah tim antar-agensi baru yang bertugas untuk menyelidiki, mendakwa, dan menghancurkan pendukung kelompok ekstrem.
Abbott menambahkan, pemerintahannya sangat yakin dengan langkah ini karena mendapat dukungan kuat dari para tokoh Muslim Australia yang bertekad untuk mengatasi masalah radikalisasi ini.
"Sebagai perdana menteri, saya menekankan bahwa langkah yang diambil pemerintah bukan diarahkan untuk komunitas atau agama tertentu. Langkah ini diarahkan untuk para teroris dan calon teroris," ujar Abbott.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.