Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Pembocor Baru, Setelah Snowden, Bongkar Rahasia Pemerintah AS

Kompas.com - 06/08/2014, 09:41 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com — Pemerintah Federal AS menyimpulkan, ada seorang pembocor baru yang telah membeberkan sejumlah dokumen keamanan nasional negara itu sesudah pengungkapan berbagai dokumen pengawasan oleh mantan karyawan NSA, Edward Snowden.

Sejumlah pejabat AS kepada CNN mengatakan bahwa bahan berita Intercept yang terbit pada Selasa (5/8/2014) menjadi bukti adanya kebocoran terbaru itu. Bahan berita Intercept, situs berita diluncurkan Glenn Greenwald, yang juga menerbitkan bahan dari dokumen-dokumen yang dibocorkan Snowden, berasal dari dokumen-dokumen keamanan nasional AS. Artikel Intercept berfokus pada pertumbuhan basis data Pemerintah AS terkait nama-nama orang yang diketahui sebagai teroris atau dicurigai sebagai teroris selama pemerintahan Barack Obama.

Artikel itu mengutip dokumen yang disediakan Pusat Kontra Terorisme Nasional (National Counter Terrorism Center) per Agustus 2013, yang berarti setelah Snowden meninggalkan AS untuk menghindari tuntutan pidana.

Greenwald menduga adanya pembocor lain. CNN melaporkan, Juli lalu, ia mengatakan di Twitter, "tampak jelas saat ini" bahwa ada (seorang pembocor) lain.

Sejumlah pejabat pemerintah sedang menyelidiki guna mengetahui identitas pembocor tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN's Reliable Sources pada Februari lalu, Greenwald mengatakan, "Saya jelas berpikir adalah wajar untuk mengatakan ada orang-orang lain yang telah terinspirasi oleh keberanian Edward Snowden." Ia menambahkan, "Saya tidak ragu akan adanya sumber-sumber lain di dalam pemerintah yang melihat kesalahan yang ekstrem yang terinspirasi Edward Snowden."

Masih belum jelas berapa banyak dokumen yang telah disebarkan pembocor baru itu dan seberapa kerusakan atau kerugian yang mungkin terjadi. Sejauh ini, dokumen-dokumen yang dibocorkan pembocor baru itu diberi label "Secret" dan "NOFORN," yang berarti dokumen-dokumen itu tidak untuk dibagikan kepada pemerintah asing.

Itu merupakan klasifikasi yang lebih rendah dari sebagian besar dokumen yang dibocorkan Snowden. Sejumlah pejabat pemerintah mengatakan, ia telah mencuri 1,7 juta dokumen rahasia, banyak yang berlabel "Top Secret", sebuah klasifikasi yang lebih tinggi untuk rahasia pemerintah yang paling penting.

Basis data besar

Terrorist Identities Datamart Environment (TIDE), sebuah basis data terbesar terkait terorisme, AS kini memiliki satu juta nama orang, kata seorang pejabat negara itu kepada CNN. Tahun 2009, jumlah data TIDE hanya setengah dari angka itu. Namun, jumlahnya berlipat akibat sebuah upaya gagal oleh apa yang disebut pengebom pakaian dalam untuk meledakkan sebuah jet penumpang tujuan AS pada Hari Natal tahun 2009. Pengebom pakaian dalam itu, Umar Farouk Abdulmuttalab, tidak tercantum dalam daftar pantauan pemerintah yang mestinya bisa mencegah dia untuk terbang ke AS.

Tahun 2012, Pusat Kontra Terorisme Nasional melaporkan bahwa basis data TIDE berisi 875.000 nama. Tahun 2009, sebelum ada insiden bom pakaian dalam itu, baru ada sekitar 500.000 nama dalam daftar.

Pada November 2013, ada 700.000 nama orang yang tercantum di Terrorist Screening Database (TSDB), atau "Daftar Pemantauan Teroris, kata seorang pejabat AS. Kurang dari 1 persen merupakan penduduk AS dan kurang dari 0,5 persen merupakan warga negara AS. Daftar tersebut telah berkembang sejak saat itu dan saat ini mendekati angka 1,5 juta orang.

Laporan Intercept mengatakan, berdasarkan dokumen-dokumen itu bahwa 40 persen nama di "Daftar Pantuan Teroris" tidak berafiliasi dengan kelompok-kelompok teror.

Sejumlah pejabat AS yang akrab dengan masalah itu mengatakan, klaim tersebut tidak benar karena berdasarkan pada kesalahan dalam membaca dokumen-dokumen itu.

Laporan tersebut mengatakan, pada Agustus 2013 ada 5.000 orang Amerika berada dalam daftar pantauan TSD. Sebanyak 15.800 lainnya berada di daftar TIDE. Satu bagian yang lebih kecil, yang berisi 16.000 nama, termasuk 1.200 nama milik warga Amerika, terdaftar sebagai "selectees" (orang-orang tertentu) yang menjadi sasaran pemeriksaan yang lebih intensif di bandara dan penyeberangan perbatasan.

Menurut Intercept, yang mengutip dokumen-dokumen itu, orang-orang yang ada dalam daftar itu paling banyak tinggal di New York, Dearborn, Michigan, Houston, San Diego, dan Chicago. Dearborn merupakan tempat tinggal bagi banyak orang-orang turunan Arab dan Islam.

Menurut dokumen yang dikutip Intercept itu, Pemerintah AS juga sudah memulai upaya baru untuk mengumpulkan informasi dan data biometrik penduduk AS pasca bom Boston Marathon tahun 2013. Data itu termasuk foto-foto dari SIM. Upaya itu tampaknya didorong oleh fakta bahwa para agen FBI yang menyelidiki pengeboman di Boston menemukan basis data yang tidak memadai saat mereka mencoba untuk mencocokkan foto dua pengebom yang terekam video pemantauan, kata sejumlah pejabat AS yang tahu masalah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com