Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Presiden, Hubungan Dagang dengan Australia Lebih Sulit?

Kompas.com - 23/07/2014, 11:55 WIB
SYDNEY, KOMPAS.COM — Pengamat Indonesia Dr Jeffrey Neilson dari Universitas Sydney menilai, hubungan perdagangan dengan Australia dan Indonesia kemungkinan akan lebih sulit dengan terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden. Paling tidak, kata dia, hal itu akan terjadi pada awal-awal periode pemerintahan baru Indonesia.

"Prabowo berhasil meraih 47 persen suara, terutama disebabkan sikapnya yang sangat nasionalis. Ini kelihatannya yang menjadi kekurangan kubu Jokowi," kata Dr Neilson.

"Saya bisa bayangkan situasi di mana Jokowi dipaksa memenuhi keinginan untuk terlihat lebih nasionalis. Hal ini akan berwujud dalam bentuk proteksionisme dalam sejumlah sektor ekonomi seperti gula dan daging sapi," katanya.

Dewasa ini, produk segar dari luar negeri harus mengikuti sejumlah persyaratan untuk bisa masuk ke Indonesia. Kalangan importir harus mengajukan kuota kepada pemerintah. Kuota yang diminta tersebut harus benar-benar diwujudkan minimal 80 persen. Jika tidak, importir tersebut akan kena denda.

Selain itu, pengajuan kuota ini juga harus diperbarui setiap tahun.

Namun, Joko Widodo harus menyeimbangkan tekanan dalam negeri untuk melindungi produksi pertanian, termasuk beras, jagung, daging sapi, gula, dan kedelai.

Pakar Indonesia Profesor Greg Fealy dari Australian National University mengatakan, dalam urusan luar negeri, Jokowi mungkin akan sangat pragmatis. "Dia lebih terang-terangan nasionalis daripada Susilo Bambang Yudhoyono yang lebih negarawan," katanya.

"Dia mungkin akan mengambil garis keras terhadap investasi asing karena dia memiliki pandangan bahwa Indonesia belum mendapatkan tawaran bagus dalam keterlibatan dengan perdagangan; bahwa tidak banyak serta tidak cukup nilai ekspor dan sumber daya yang dikelola di Indonesia."

Namun, Jokowi membutuhkan kebelanjutan pertumbuhan ekonomi 5 sampai 6 persen sehingga ia tidak bisa memperlambat investasi asing.

Indonesia merupakan pasar pertanian terbesar ketiga di Australia dengan ekspor senilai 2,3 miliar dollar Australia pada tahun 2012. Indonesia juga berada di peringkat 12 sebagai mitra dagang dua arah dengan Australia.

Ekspor utama pertanian Australia ke Indonesia adalah gandum, kapas, hewan hidup, daging, produk hortikultura, dan gula.

Komoditas unggulan adalah gandum. Australia mengekspor gandum senilai 1,3 miliar dollar pada 2012. Komoditas ekspor lainnya adalah aluminium, tembaga, minyak mentah, dan emas.

Associate Professor Fealy mengatakan, pragmatisme Jokowi telah dipengaruhi oleh latar belakangnya di bidang manufaktur dan ekspor furnitur.

Australia memiliki program-program penanganan peternakan untuk meningkatkan industri ternak di Indonesia serta mengekspor ternak hidup dan daging sapi kemas.

"Jadi, saya harapkan Joko Widodo berkeinginan mendorong program-program yang untuk jangka panjang akan membangun industri di Indonesia," kata Profesor Fealy.

Ia mengatakan, kekayaan Indonesia telah dibangun di atas permintaan konsumen yang meningkat di Indonesia. Namun, Bank Dunia dan bank-bank dagang lainnya mengatakan, Indonesia hanya akan tumbuh jika pemerintah membuka perdagangan dan lebih memfokuskan pada ekspor.

Sementara itu, Dewan Eksportir Ternak Australia menyatakan, kalangan industri ini tidak melihat kemungkinan perubahan drastis dalam hubungan kedua negara terkait industri ternak dari pemerintahan baru di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com