Dengan alasan untuk mengakhiri kekisruhan politik, para pemimpin kudeta dipimpin Jenderal Prayut Chan-O-Cha mengumumkan jam malam dan memerintahkan para pengunjuk rasa segera mengosongkan jalanan.
Mantan PM Thailand Yingluck Shinawatra, yang dimakzulkan Mahkamah Konstitusi awal bulan ini, tiba di markas angkatan darat di Bangkok menggunakan mobil pribadinya yang tahan peluru untuk memenuhi panggilan rezim militer.
Sementara itu, puluhan tokoh dari kedua kubu yang berseteru, termasuk penjabat PM Niwattumrong Boonsongpaisan, belum diketahui keberadaannya dan diminta segera memenuhi panggilan.
"Jika perdana menteri dan sejumlah tokoh ini tidak ditahan maka mereka akan menjadi ancaman dengan mendirikan pemerintahan di pengasingan," kata Pau Chambers, pakar Asia Tenggara di Universitas Chiang Mai, Thailand.
Pemerintah militer mengatakan 155 tokoh, termasuk para pemimpin pemerintah yang terguling, dilarang bepergian ke luar negeri tanpa izin.
Sementarai itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan tak ada pembenaran apapun untuk kudeta ini yang akan menimbulkan implikasi negatif terkait hubungan dengan AS.
Pemerintah AS menuntut digelarnya pemilihan umum sedangkan Pentagon mengevaluasi kerja sama militer AS-Thailand.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.