Insiden tragis itu terjadi pada Senin (24/6/2013) di kota Sebaa Ayoun, kawasan Meknes tengah, Maroko. Saat itu, Abdelkabir al-Atawi (50), membutuhkan izin tinggal di kota Sebaa Ayoun agar istrinya yang sakit bisa berobat gratis di rumah sakit.
"Pria itu meminta izin tinggal namun ditolak pemerintah setempat. Lalu dia menyiram tubuhnya dengan bensin dan membakar dirinya sendiri di luar kantor pemerintah kota Sebaa Ayoun," kata Habid Benkarroun, aktivis Asosiasi HAM Maroko, wilayah Meknes.
Pria itu, lanjut Benkarroun, tak bisa membayar ongkos pengobatan istrinya karena tidak memiliki uang dan tidak bekerja.
Aksi bakar diri terjadi beberapa kali di Maroko, dan sebagian besar pelakunya adalah para lulusan universitas yang masih menganggur.
Aksi bakar diri menjadi "populer" sejak aksi serupa yang dilakukan seorang pedagang kaki lima di Tunisia pada Desember 2010 kemudian memicu aksi massa yang dikenal dengan istilah "Arab Spring".
Reformasi politik dilakukan Maroko pada 2011 menyusul pemilihan parlemen akibat desakan protes massa di seluruh wilayah kerajaan itu.
Namun, masalah-masalah sosial masih terus terjadi di Maroko, termasuk korupsi dan pelayanan publik yang buruk. Selain itu, unjuk rasa para pemuda pengangguran masih terus berlangsung di ibu kota Rabat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.