Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Putin Mengunjungi Vietnam?

Kompas.com - 20/06/2024, 17:09 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber Al Jazeera

Apa Posisi Vietnam Terkait Ukraina?

Vietnam telah secara resmi mengumumkan posisi netralnya sejak awal mula invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022.

“Vietnam telah berupaya untuk menumbuhkan keseimbangan yang cermat dalam perang Ukraina antara tidak memutus hubungan dengan Rusia sebagai mitra tradisional sekaligus memberi isyarat bahwa mereka menganggap serius prinsip-prinsip seperti integritas teritorial,” kata Parameswaran.

Selaku korban dari pendudukan AS, Prancis, Jepang, dan China selama lebih dari 80 tahun, Vietnam kini melihat kedaulatan dan integritas wilayah suatu negara sebagai prinsip suci yang tidak dapat diganggu gugat.

Pentingnya prinsip-prinsip tersebut sebelumnya telah berulang kali Vietnam tekankan dalam pertemuan-pertemuan global terkait perang di Ukraina melalui kritik-kritik terselubung terhadap perang Rusia.

Di samping itu, ada pula persamaan sejarah dan tingkat simpati antara Vietnam dan Ukraina yang dulunya juga merupakan bagian dari Uni Soviet. Ukraina faktanya dahulu juga pernah menjadi pemasok senjata ke Hanoi.

Adapun ikatan budaya antar keduanya juga kian mendorong banyak orang Vietnam untuk pergi belajar ke Ukraina, demikian membentuk diaspora yang besar. Selain itu, Vietnam rupanya juga telah berkontribusi dengan mengirim bantuan kemanusiaan melalui organisasi internasional kepada Ukraina selama perang.

Di sisi lain, Vietnam juga telah melewatkan pertemuan puncak perdamaian Ukraina pekan lalu dan abstain pada empat resolusi Majelis Umum PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Vietnam juga menentang dikeluarkannya Moskwa dari Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Vietnam mengarahkan kebijakan luar negerinya berdasarkan warisan sejarah dan kepentingannya sendiri – Vietnam ingin menunjukkan bahwa Vietnam mampu menerima pemimpin China, Amerika, dan Rusia dan tidak masalah berteman dengan siapa pun – ini adalah diplomasi multidimensi,” jelas Le Thu.

Puncak dari fleksibilitas tersebut – yang disebut oleh beberapa ahli sebagai “diplomasi bambu” – terjadi tahun lalu ketika Presiden AS, Joe Biden, dan Presiden China, Xi Jinping, mengunjungi Vietnam. Bambu, yang tumbuh secara luas di Vietnam, terkenal karena kemampuannya untuk membengkok sesuai kebutuhan tanpa patah. Dalam kasus ini, bambu berfungsi sebagai metafora kebijakan luar negeri Vietnam.

Apa Respon AS?

Sebagai mitra dagang utama Vietnam, tentu AS tak menyambut baik kunjungan Putin kali ini.

“Tidak ada negara yang boleh memberikan platform kepada Putin untuk mempromosikan perang agresinya dan membiarkannya menormalisasi kekejamannya,” kata juru bicara Kedutaan Besar AS di Hanoi kepada Reuters.

“Jika ia bisa bepergian dengan bebas, hal ini dapat menormalisasi pelanggaran terang-terangan Rusia terhadap hukum internasional.”

Kunjungan ke Vietnam saat ini menjadi salah satu kunjungan luar negeri langka yang Putin lakukan pasca berlakunya perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang mewajibkan setiap negara yang menandatangani untuk menangkap Putin ketika ia memasuki wilayah negaranya. Vietnam sementara itu bukanlah anggota ICC.

Apa Pengaruh China?

Moskwa kian bergantung dengan China, baik secara politik atau ekonomi seiring dengan berjalannya perang di Ukraina. Hal ini relevan dengan Vietnam, yang sedang berselisih dengan Beijing di Laut China Selatan. Beijing mengklaim hak yurisdiksi atas sumber daya maritim di wilayah tertentu milik Vietnam yang kaya akan cadangan minyak dan gas.

Kebetulan sekali, dua perusahaan energi milik Rusia terlibat dalam proyek hulu di beberapa zona yang diperebutkan tersebut.

“Vietnam khawatir bahwa akibat semakin besarnya ketergantungan Rusia terhadap China, Beijing dapat menggunakan pengaruhnya terhadap Moskwa untuk melemahkan kepentingan Vietnam. Hal ini termasuk meningkatkan tekanan pada Kremlin untuk menarik perusahaan energi milik negaranya,” tulis Ian Storey, peneliti di Institute of Southeast Asian Studies dalam sebuah makalah penelitian di bulan Maret.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com