Langkah kedua dan ketiga akan melibatkan peningkatan permintaan perumahan dan mitigasi kontraksi dalam konstruksi properti. Hal ini akan memerlukan langkah-langkah yang lebih rinci guna membangkitkan kembali kepercayaan konsumen dan meningkatkan harga rumah.
Secara keseluruhan, masih banyak hal yang harus dilakukan oleh pemerintah China guna menanggulangi krisis properti. Pemerintah China masih harus mempertimbangkan untuk terus memperluas upaya penyelamatan properti. Namun untuk saat ini, yang terpenting adalah pemerintah telah mengambil inisiatif untuk menstabilkan suasana.
Jika dilihat secara jangka panjang, upaya pemerintah saat ini dapat mengurangi resiko terjerumusnya China ke dalam “spiral deflasi” seperti yang terjadi di Jepang. Dari fenomena tersebut, para pembuat kebijakan harus membiasakan diri untuk menghindari tindakan yang terlalu sedikit dan terlambat.
Akhir-akhir ini, tekanan eksternal terhadap China juga kian besar. Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru saja mengumumkan tarif baru terhadap China. Ada kemungkinan langkah itu juga akan diikuti Uni Eropa. Mantan Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan meningkatkan kembali tarif terhadap barang impor dari China sampai dengan 60 persen jika ia terpilih dalam pemilu tahun ini.
Xing memprediksi, jika tarif yang diusulkan Trump benar terjadi, hal itu dapat memangkas tingkat pertumbuhan China sampai 0,9 persen.
Hal tersebut sudah seharusnya mendorong pemerintah China semakin menyegerakan dan menegaskan upaya penyelamatan sektor propertinya tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.