Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

30 Tahun Genosida Rwanda yang Menewaskan 800.000 Orang

Kompas.com - 10/04/2024, 05:00 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

GENOSIDA di Rwanda merupakan salah satu kasus genosida paling banyak memakan korban di dunia. Tragedi yang terjadi selama 100 hari dari April sampai dengan Juli 1994 itu memakan lebih dari 800.000 korban jiwa. Sebanyak dua juta orang Rwanda juga dilaporkan meninggalkan negara itu pada saat genosida tersebut terjadi.

Aksi genosida itu dilakukan oleh suku mayoritas di Rwanda, yaitu suku Hutu, yang saat itu memiliki keinginan untuk menghabisi seluruh suku minoritas Tutsi di sana. Tidak hanya orang-orang Tutsi, orang-orang Hutu moderat atau mereka yang menentang genosida tersebut juga ikut menjadi target dalam tragedi itu.

Baca juga: Salah Satu Buron Terakhir Genosida Rwanda Dipastikan Tewas

Latar Belakang

Ada tiga kelompok suku di Rwanda. Namun empat dari lima orang Rwanda berasal suku Hutu. Di sisi lain, terdapat suku Tutsi yang menempati posisi kedua dengan satu dari tujuh populasi Rwanda adalah orang Tutsi. Suku ketiga adalah Twa yang hanya sekitar satu persen populasi di Rwanda. Ketiga kelompok itu berbicara dalam bahasa yang sama dan telah hidup berdampingan selama berabad-abad.

Wilayah Rwanda berdiri sekarang diyakini dihuni pertama kali oleh suku Twa, baru oleh suku Hutu antara abad ke-5 dan ke-11, kemudian disusul oleh suku Tutsi kemungkinan pada abad ke-14.

Tahun 1898 sampai dengan 1916, Jerman menduduki wilayah Rwanda. Pada periode ini, pemerintah kolonial Jerman menerapkan kebijakan pemerintahan yang secara tidak langsung memperkuat hegemoni kelas penguasa Tutsi. Hal ini terus berlanjut sampai dengan Rwanda jatuh ke tangan Belgia setelah Perang Dunia I.

Beberapa orang suku Hutu mulai menuntut kesetaraan dan hal ini mendapat simpati dari pastor Katolik Roma serta beberapa pegawai administrasi Belgia. Fenomena inilah yang kemudian mendorong revolusi Hutu tahun 1959. Revolusi dimulai tepatnya pada 1 November ketika tersebar rumor kematian pemimpin Hutu di tangan orang-orang Tutsi.

Selama berbulan-bulan, kekerasan terus terjadi, menyebabkan banyak orang Tutsi terbunuh atau meninggalkan negara itu. Pada 28 Januari 1961, suku Hutu melancarkan kudeta. Dengan persetujuan rahasia dari otoritas kolonial Belgia, mereka berhasil menggulingkan raja Tutsi yang saat itu sudah melarikan diri pada tahun 1960.

Setelah kudeta, mereka menghapuskan monarki dan menjadikan Rwanda negara republik. Pada saat itu juga mereka membentuk pemerintahan nasional sementara yang seluruhnya terdiri dari orang-oramg Hutu. Tahun berikutnya, kemerdekaan pun diproklamasikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com