KOMPAS.com - Merkuri atau air raksa (Hg) merupakan iunsur kimia yang penemu dan tanggal penemunya tidak diketahui. Namun, jejak penggunaannya sudah ada sejak lama.
Melansir Chemicool.com, merkuri sudah dikenal oleh orang China, Mesir dan Hindu kuno sekitar 1500 SM dengan ditemukannya kandungan zat tersebut di makam Mesir kuno dari tahun tersebut.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles menyebut merkuri secara tertulis sebagai "hydro-argyros", yang diterjemahkan sebagai cairan perak atau air perak.
Sementara, nama merkuri berasal dari alkimia pada abad ke-6, seperti yang dikutip dari Britannica.
"Hg" menjadi simbol kimia modernnya setelah bangsa Romawi memodifikasi "hydro-argyros" menjadi bahasa Latin "Hydragyrum".
Para alkemis dalam sejarah mengamati aliran yang cepat dari elemen cair merkurius, dan menyamakannya dengan planet yang bergerak paling cepat, Merkurius.
Merkurius itu sendiri merupakan nama dewa Romawi yang bergerak cepat.
Merkuri berwarna putih keperakan, berupa cairan tak berbau dan mengkilap.
Baca juga: Ingin Jadi Pahlawan Super Marvel, Remaja Ini Suntikkan Zat Merkuri ke Tubuhnya
Merkuri perlahan menguap di udara lembab, dan membeku menjadi padatan lunak, seperti timah atau timbal pada suhu 38,83 Celcius (−37,89 Fahrenheit). Mendidih pada 356,62 Celcius (673,91 Fahrenheit).
Merkuri itu beracun. Keracunan dapat terjadi akibat menghirup uap, menelan berupa senyawa larut, atau menyerap merkuri melalui kulit.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.