Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merkuri: Sejarah dan Kegunaan

Kompas.com - 16/11/2021, 13:12 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Jika merkuri dan belerang benar-benar murni dan tercampur dalam proporsi yang sempurna, mereka akan membentuk emas, kata Ibn Hayyan, seperti yang dikutip dari Chemicool.com.

Pada 1759 Adam Braun dan Mikhail Lomonosov bekerja di St Petersburg, Rusia memperoleh merkuri padat dengan membekukan termometer merkuri dalam campuran salju dan asam nitrat pekat.

Ini memberikan bukti kuat bahwa merkuri memiliki sifat yang mirip dengan logam lain.

Pada 1772 dan 1774, ilmuwan Swedia Carl W Scheele dan ahli kimia Inggris Joseph Priestley memanaskan merkuri oksida dan menemukannya menghasilkan gas yang membuat lilin menyala 5 kali lebih cepat dari biasanya.

Baca juga: Bahaya, Laut Dalam di Dunia Telah Tercemar Merkuri

Di zaman modern, merkuri digunakan dalam barometer dan manometer (alat untuk mengukur tekanan gas dan cairan), karena kepadatannya yang tinggi.

Merkuri juga memiliki laju ekspansi termal yang hampir linier, sehingga digunakan secara luas pada termometer.

Kemudahan untuk menggabungkan merkuri dengan logam, membuat zat kimia ini digunakan untuk mengekstraksi emas, perak, dan platinum dari bijihnya.

Merkuri banyak digunakan untuk peralatan listrik, digunakan pada lampu uap merkuri (yang memancarkan cahaya yang kaya akan radiasi ultraviolet).

Lampu uap merkuri itu biasanya digunakan untuk penerangan jalan, sebagai lampu matahari, dan sebagai lampu UV (black light).

Berbagai senyawa kimia merkuri saat ini juga digunakan dalam pengobatan, kedokteran gigi, kosmetik (maskara), serta dalam pertanian untuk membuat fungisida.

Baca juga: Terlalu Banyak Makan Ikan, Victoria Beckham Disebut Keracunan Merkuri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com