Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Manusia Harus Berpakaian?

Kompas.com - 29/10/2021, 14:19 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Ketika orang-orang berkumpul di dalam pabrik, orang luar akan bisa menentukan seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi dan bertanggung jawab atas kegiatan di sana.

Para pekerja pabrik akan menggunakan pakaian pelindung dan utilitas yang kuat, dan dengan mudah dikenali bahwa bosnya adalah yang menggunakan pakaian lebih ringan dan formal, seperti setelan kemeja.

Status di sini tidak hanya mengacu pada posisi sosial ekonomi, tetapi juga pekerjaan seseorang untuk memudahkan orang lain yang membutuhkan.

Hal itu dapat dipahami kenapa dokter, suster, tentara, polisi, atau pegawai layanan masyarakat lainnya harus berpakaian khusus untuk dapat dikenali dengan mudah status pekerjaan dan tugas mereka.

Begitu pula di acara pernikahan, pasangan pengantin didandani berpakaian lebih menonjol dari pada biasanya, karena menandai momen istimewa sekali seumur hidup dan agar bisa dibedakan dengan para tamunya.

Baca juga: Kenakan Pakaian Serba Ungu, Begini Maknanya bagi Kamala Harris

Pakaian berfungsi sebagai pernyataan pernyataan politik

Manusia berpakaian sering kali difungsikan juga sebagai pernyataan identitas ideologi atau politik seseorang.

Di Amerika, dasi merah menunjukkan seorang pendukung Partai Republik (Republikan), sementara dasi biru berarti pemakainya adalah seorang pendukung Partai Demokrat.

Sekitar 200 tahun, tampilan Bohemia telah menunjukkan bahwa pemakainya menentang produksi massal dan merangkul akivitas daur ulang, kerajinan tangan, dan individualitas artistik.

Selama masa perang dunia, tampilan militer menjadi rujukan gaya populer pakaian orang pada umumnya. 

Pembatasan kain pada Perang Dunia II kemudian memperkenalkan hemline yang lebih pendek, alas kaki non-kulit, dan hiasan pakaian yang lebih sedikit dari pada sebelumnya.

Sebelum perang dunia, kolonial Amerika mengimpor tekstil karena lebih ekonomis untuk mengekspor produk pertanian dan kayu.

Namun, Revolusi Amerika dan boikot produk-produk Inggris mendorong para wanita untuk membuat kain tenunan sendiri. Pakaian tenunan sederhana menjadi pernyataan patriotik.

Saat Revolusi Komunis di China bergelora, jaket Mao Zedong menjadi ikon umum yang dipakai oleh masyarakat untuk menunjukkan dukungan politik mereka. 

Sama halnya, seperti kemeja kotak-kotak berwarna merah-biru yang pernah hits pada massanya di Indonesia, saat Jokowi-Ahok pertama kali mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Banyak pendukung politik pasangan tersebut berpakaian kemeja kotak-kotak merah-biru di setiap kampanye.

Baca juga: Pakai Pakaian Ketat dan Keluar Tak Ditemani Pria, Wanita Ini Dibunuh Taliban

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com