Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Walter Reed, Dokter Pelopor Penanganan Epidemi Tifus dan Demam Kuning

Kompas.com - 14/09/2021, 08:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Pada 1890-an demam kuning di AS melanda negara bagian tenggara, dan merajalela di Havana, di mana pasukan bertempur dalam Perang Spanyol-Amerika (1898), dan harus menetap beberapa tahun sebagai bagian dari pasukan pendudukan.

Menurut data medis militer, lebih banyak tentara ini meninggal karena demam kuning dan penyakit lain daripada dalam pertempuran.

Pengalaman medis militer Walter Reed nyatanya membuatnya berharga dalam menemukan akar penyebab epidemi ini.

Pada akhir 1890-an, penelitiannya menemukan bahwa penyebab tifus sebagian besar menyebar melalui sanitasi yang buruk dan air minum yang tidak bersih. Walter Reed dan timnya juga mengungkapkan teknik diagnostik yang lebih baik, termasuk perlunya penggunaan mikroskop.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Wu Lien Teh, Dokter Malaysia-China Pelopor Masker Bedah

Walter Reed dan tonggak penting dalam etika medis

Pada 1900, Walter Reed ditunjuk mengepalai Komisi Demam Kuning untuk menyelidiki penyakit menular di Kuba. Mereka tahu demam kuning tidak berasal dari bakteri tertentu, tapi masih perlu mengidentifikasi bagaimana penularannya.

Para peneliti Angkatan Darat AS memusatkan perhatian mereka pada nyamuk, yang diketahui berada di balik penularan malaria. Mereka menggunakan sukarelawan Amerika dan Spanyol, dan mengembangkan 22 kasus lagi melalui eksperimen terkontrol.

Studi di kamp ini juga menandai pertama kalinya subyek tes menandatangani formulir persetujuan, momen yang menjadi tonggak penting dalam etika medis, untuk memastikan sukarelawan memahami potensi bahaya penelitian medis.

"Jika bukan karena pendekatan ilmiah Reed yang adil dan menyeluruh terhadap masalah dan kesalahpahaman tentang penyakit ini ... demam kuning mungkin akan berlanjut selama bertahun-tahun," tulis profil Walter Reed dalam Museum Kesehatan dan Kedokteran Nasional AS.

Tak satu pun dari relawan meninggal, tes membuktikan bahwa nyamuk membawa penyakit, dan agen penyakit itu sendiri dibawa dalam darah yang mereka tularkan.

Baca juga: Orgasme Perempuan, Putri Marie Bonaparte, Pelopor Studi Seksual Abad 20

Keterlibatan Walter Reed dalam Proyek Panama

Berkat tim dokter Walter Reed, penyakit itu, yang telah melanda Kuba selama 150 tahun, diberantas dari pulau itu dalam 150 hari.

AS dan negara-negara Karibia, Amerika Tengah dan Selatan lainnya juga mampu memadamkan demam kuning dengan cepat.

Pada 1937, vaksin demam kuning dikembangkan yang didistribusikan secara luas di antara anggota militer AS pada 1942.

Masih belum ada obat untuk penyakit ini, hanya vaksinasi untuk melawannya. Demam kuning masih lazim di daerah hutan Afrika dan Amerika Selatan.

Penemuan Reed juga membantu mendorong proyek besar lainnya, yakni pembangunan Terusan Panama. Demam kuning telah menghentikan pembangunan proyek ini, tetapi berkat pekerjaan Walter Reed, proyek itu akhirnya selesai pada 1914.

Sejak itu, kanal tersebut menjadi jalur vital untuk penyebaran Armada Pasifik AS dan perdagangan di seluruh dunia.

Sayangnya, kesehatannya sudah mulai menurun. Walter Reed meninggal karena peritonitis di Washington DC, pada 23 November 1902, setelah menjalani operasi usus buntu yang pecah.

Dia dimakamkan di Pemakaman Nasional Arlington dengan penghormatan militer penuh. Karena rasa hormat atas jasanya, nama Walter Reed diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Militer AS pada 1909.

Rumah sakit tersebut akhirnya bergabung dengan Pusat Medis Angkatan Darat pada 1951 dan berganti nama menjadi kompleks Pusat Medis Angkatan Darat Walter Reed.

Karena jasanya dalam penanganan epidemi tifus dan demam kuning Walter Reed diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Militer AS pada 1909.KEMENTERIAN PERTAHANAN AS Karena jasanya dalam penanganan epidemi tifus dan demam kuning Walter Reed diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Militer AS pada 1909.

Baca juga: Ternyata, Pelopor Kpop Dulunya Anak Metal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com