Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan KRI Bima Suci, dari Ancaman Badai Trami hingga Terpaksa Lego Jangkar Manual

Kompas.com - 03/10/2018, 14:31 WIB
Herwanto,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perjalanan satgas Kartika Jala Krida (KJK) dalam Muhibah KRI Bima Suci sudah setengah jalan. terhitung sudah 54 hari KRI Bima suci melaksanakan perjalanan muhibah bersama satgas KJK. Setelah mengikuti even sail Regatta di Vladivostok, Rusia, KRI Bima Suci meneruskan lawatan ke Qingdao, China, pada Jumat (21/9/2018) lalu. 

KRI Bima Suci beserta Satuan Tugas Kartika Jala Krida Taruna AAL tingkat III angkatan ke-65 tahun 2018 (Satgas KJK 2018) tiba di kota Qingdao, Jumat (21/09/2018) pukul 10.00 waktu setempat setelah berlayar selama tujuh hari dari Vladivostok, Rusia.

Parade roll Taruna AAL dan GS Mini menyemarakan kedatangan Satgas KJK 2018 di kota metroplolis ini. Sementara di dermaga telah menyambut deputasi personel dari Armada Utara Angkatan Laut (North Sea Fleet) China.

Baca juga: KRI Bima Suci Dapat Penghargaan Kapal yang Paling Dicintai di Sail Regatta 2018

Kedatangan Satgas KJK 2018 disambut Chief of General Office of The Staf Departement, North Sea Fleet China Captain Liu Hui Min, dan Asisten Athan Mayor Laut (KH) Cahyo Widikdo, dilanjutkan dengan kunjungan ke KRI Bima Suci.

Kemudian dilanjutkan Komandan KRI Bima Suci Letkol Laut (P) Widiyatmoko Baruno Aji selaku Dansatgas KJK 2018 dan Palaklat KJK 2018 Letkol Laut (P) Joko Purwanto didampingi perwakilan Taruna dan Taruni AAL melaksanakan courtessy call kepada Deputy Chief of Staf of North Sea Fleet China Rear Admiral Bai Yao Ping serta ke kantor pemerintahan kota Qingdao yang diterima oleh Director General of the General Office of Qingdao Municipal Government, Mr. Sun Ji. Pada kunjungan ini diakhiri dengan pertukaran cinderamata dan foto bersama.


Ancaman badai Trami

Setelah melakoni 3 hari di Qingdao dengan serangkaian kegiatan yang telah disiapkan sebelumnya, KRI Bima Suci akan meneruskan muhibah selanjutnya ke Yokosuka, Jepang.

Dua hari ketika berada di Qingdao, Satgas KRI Bima Suci telah mendapat informasi dari prakiraan cuaca dari joint typhoon warning center dari kantor meteorologi angkatan laut Amerika Serikat (JTWCUS Navy), yang terbentuk di dekat Guam.

Pergerakan badai bernama Trami ini bergerak ke arah barat – barat laut. Badai berkategori 3 ini diprediksi melewati kepulauan Okinawa dan naik mengarah ke Yokosuka dan mendekati Tokyo, Jepang.

Baca juga: KRI Bima Suci Tiba di Pelabuhan Vladivostok Rusia

Komandan KRI Bima Suci Letkol (P) Widiyatmoko Baruno Aji memutuskan untuk menghindar dari badai, dengan konsekuensi tidak jadi merapat di Yokosuka, Jepang. Keluar dari perairan Qingdao (24/9) KRI Bima Suci mengarah lurus ke perairan Korea Selatan.

Ada pilihan lain, yaitu bila badai tetap mengarah ke titik aman di mana KRI Bima Suci akan lego jangkar, maka dermaga Yeosu menjadi destinasi karena dermaga yang pernah disinggahi kapal layar berkelir putih ini, memang menjadi emergency port.

Perwira navigasi (panagi) KRI Bima Kapten (P) Yacob Tri Raharjo menjelaskan pergerakan badai Trami yang diprediksi mengarah ke barat melewati pulau Okinawa dan selanjutnya naik ke utara mendekati Tokyo.

Badai Trami masuk ke badai kelas 2 dan berpotensi menjadi kategori 3, skala Beaufort 7,” lanjut Yakob.

Kepala Departemen Navigasi dan Operasi (Kadepnops) KRI Bima Suci Mayor (P) Bambang Rudi Purwanto menambahkan bahwa pergerakan badai di wilayah utara, pasti bergerak searah jarum jam dan mengarah ke atas. Sedangkan arah putaran angin badai pasti berlawanan arah jarum jam. “Itu karakteristik badai yang sudah pasti,” tegas Bambang.

Foto bersama ucapan farewell Asop Kasal di KRI Bima Suci. KOMPASTV/HERWANTO Foto bersama ucapan farewell Asop Kasal di KRI Bima Suci.
Pilihan lain adalah merapat ke kota (dermaga) yang aman dari ancaman badai Trami. “Di atas kertas, bila nekat mengarungi selatan Jepang, mungkin masih bisa berhasil mendahului datangnya badai Trami. Itupun dengan melawan kecepatan angin badai Trami adalah 95-115 knot,” terang Baruno.

Misalnya pun KRI Bima Suci berhasil sampai ke Yokosuka, badai Trami pada tanggal 29 September hingga 1 Oktober akan mengarah ke Yokosuka. Setelah melakukan koordinasi dengan atase pertahanan di Jepang, kota Nagasaki akhirnya menjadi destinasi KRI Bima Suci menggantikan Yokosuka.

KRI Bima Suci rencananya akan merapat di dermaga Sasebo, yang merupakan pangkalan angkatan laut Jepang dan Amerika. Jarak dari Sasebo ke Nagasaki sendiri sekira 1,5 jam perjalanan darat.

Selama 5 hari KRI Bima Suci lego jangkar di Laut Kuning dari tanggal 25 September, 26 mil dari perairan Korea Selatan. Tanggal 30 september, ekor dari badai Trami terasa di laut kuning tempat Bima Suci lego jangkar.

Sejak sore hari, kapal direncanakan bergerak masuk ke laut China lagi menghindari gelombang akibat efek angin badai Trami. Efek dari badai Trami yang berjarak sekira 300 mil itu sudah menyebabkan angin dengan kecepatan 30 hingga 40 knot.

Namun jangkar KRI Bima Suci ternyata tersangkut dan arah angin yang kencang dari haluan sempat menyebabkan Bima Suci terseret arus dengan rantai jangkar yang terulur hingga 7 segel (sekira 200 meter).

Mesin wincest (penarik jangkar) yang tidak dapat bekerja maksimal, akhirnya diputuskan penarikan jangkar pun dilakukan secara manual. Seluruh anggota kapal Bima Suci bahu membahu menarik jangkar secara manual. Proses secara manual yang sangat menguras tenaga ini akhirnya selesai subuh keesokan harinya atau 9 jam lamanya.

Satu hal yang dihindari Komandan KRI Bima Suci adalah kemungkinan akan adanya kecelakaan. “Sebisa mungkin menghindari ruang spekulatif, karena akan berbahaya bagi kapal dan terutama seluruh awak kapal,” jelas Baruno.

Setelah menempuh 4 hari pelayaran dalam lomba layar tiang tinggi Sail Regatta dari Yeosu menuju Vladivostok, KRI Bima Suci memasuki perairan Rusia bagian selatan, Minggu (9/9/2018).KOMPASTV/HERWANTO Setelah menempuh 4 hari pelayaran dalam lomba layar tiang tinggi Sail Regatta dari Yeosu menuju Vladivostok, KRI Bima Suci memasuki perairan Rusia bagian selatan, Minggu (9/9/2018).
Pun misalnya Bima Suci berhasil sandar di Yokosuka, di tanggal 30 September, maka belum tentu lepas dari bahaya, karena akhir dari badai Trami sendiri di tanggal 3 Oktober menuju Yokosuka. KRI Bima Suci dengan tiang layar tingginya bisa terkena terjangan angin di dermaga.

Tiang-tiang tinggi di Bima Suci ini mempunyai kemampuan maksimal menahan angin pada skala Beaufort 7, dengan kecepatan angina 28-35 knot. Badai Trami yang walaupun lebih kecil dibanding dengan badai Jebi (badai kategori 4) tiga minggu sebelumnya, tetap saja akan berdampak serius bila kena terjangannya.

Pada tanggal 30 September, telah muncul badai baru di sekitar badai Trami awal muncul. Badai bernama Kongrey ini juga mempunyai pergerakan yang kurang lebih sama dengan badai Trami.

Ya, ancaman badai di laut kawasan Asia Timur bagi sebagian besar pelaut dan pegiat maritim lebih berbahaya dibanding di kawasan eropa. KRI Bima Suci tetap meneruskan muhibah dan giat Kartika Jala Krida dengan semangat.


Jalesveva Jayamahe!

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com