MELBOURNE, KOMPAS.com — Apa yang dirindukan warga Indonesia saat merantau di luar negeri?
Jika banyak orang Indonesia merindu menu makanan ala Indonesia untuk hidangan takjil, Fatimah Husin justru paling merindukan suara azan nan syahdu. Di Australia, suara azan tidak boleh dikumandangkan dengan pengeras suara di tempat umum.
"Yang paling dirindukan adalah suara azan karena di sini bagaimanapun juga kita enggak pernah dengar suara azan, kecuali dari ponsel," katanya saat ditemui di Masjid Jeffcott setelah shalat tarawih pertama.
Rekaman azan, jam alarm, atau aplikasi pengingat shalat di ponsel pintar pun menjadi bagian hidup sehari-hari.
Ingatan Fatimah lalu melayang ke suasana Ramadhan yang biasa dijalaninya bersama keluarga di Tanah Air. Suara beduk yang diikuti suara azan dengan pengeras suara biasa terdengar di berbagai sudut di Jakarta saat waktu puasa berakhir.
Fatimah ingat betul suasana yang menyertai bunyi beduk dan azan.
"Kalau di Indonesia itu menjelang maghrib orang-orang sudah siap-siap buka, di jalanan juga (suasananya) beda, di TV juga. Rindu banget," ungkap perempuan berusia 29 tahun ini.
Bahkan, dia merasa pemahamannya sebagai muslimah bertambah melalui berbagai kegiatan rohani dan aktivitas kemanusiaan bersama teman-temannya.
Tak ada kata kesepian dalam kamus perempuan asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini.
"Alhamdulilah, walaupun 12 tahun jauh dari keluarga, tetapi hatinya tetap kerasa penuh, hangat karena selalu dikelilingi teman-teman yang mendukung," ucapnya.
"Ketika kita di rantau, jauh dari keluarga yang penting punya teman-teman yang saling mendukung. Jadinya enggak terasa kesepian," tambahnya kemudian.
Mengenai suara azan, Nadirsyah Hosen, dosen senior di Fakultas Hukum Monash University, mengatakan bahwa di Australia, azan hanya boleh dikumandangkan di dalam masjid.
"Di sini azan boleh, tetapi enggak boleh pakai speaker ke luar karena di sini level kebisingan itu dijaga. Jangankan bicara azan, tetangga saja ribut pasang musik kencang-kencang sampai orang enggak bisa tidur, itu bisa panggil polisi," tuturnya.
Makanan untuk hidangan takjil
Selain merindu suara azan ketika menjalani Ramadhan di Australia, Fatimah juga kangen dengan makanan takjil untuk buka puasa khas Indonesia. Sekarang, lanjutnya, makanan-makanan ini bisa ditemukan dengan mudah di restoran Indonesia atau acara-acara yang digelar oleh komunitas Indonesia meski cita rasanya agak berbeda.
Menu makanan apa yang kerap Fatimah rindukan?
Deon Arinaldo, salah satu warga Indonesia yang ditemui di Restoran Nelayan di Swanston Street, Melbourne, sengaja mampir ke rumah makan ini untuk buka puasa dan makan malam.
"Kami memang ada acara di luar, jadi sengaja mampir ke sini karena sudah dekat waktu maghrib juga. Mampir sini dulu beli kolak biji salak," katanya.
Dari sekian banyak pilihan restoran di salah satu jalan teramai di Melbourne, Deon memilih restoran yang menyediakan menu makanan Indonesia.
"Rasanya cocok dan halalnya terjamin," ungkapnya.
Tulisan ini dibuat dalam rangkaian perjalanan Kompas.com yang diundang ABC Australia Plus ke Australia, 14 Mei-15 Juni 2016, bersama MNC Group dan Detik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.