Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saudi Potong Subsidi BBM akibat Defisit Anggaran

Kompas.com - 29/12/2015, 12:03 WIB
RIYADH, KOMPAS.com — Arab Saudi mengumumkan terjadinya rekor defisit anggaran dan memotong subsidi bahan bakar minyak (BBM) serta utilitas pada Senin (28/12/2015) saat pembangkit tenaga listrik menderita akibat penurunan drastis harga minyak mentah global.

Pihak berwenang mengatakan, harga bensin dinaikkan hingga lebih dari 50 persen untuk beberapa kategori produk sejak Selasa ini, setelah pengekspor minyak terbesar dunia ini menyatakan bahwa telah terjadi defisit sebesar 98 miliar dollar AS (atau Rp 1.330 triliun) pada 2015.

Riyadh juga memperkirakan, penurunan sebesar 87 miliar dollar akan terjadi dalam anggaran tahun depan, yang terjadi untuk kali pertama sejak Raja Salman bertakhta pada Januari 2015.

Kementerian Keuangan menyatakan, penerimaan tahun 2015 diperkirakan sebesar 608 miliar riyal (162 miliar dollar AS), terendah sejak 2009 ketika harga minyak turun akibat krisis keuangan global.

Menurut pernyataan itu, anggaran tersebut "muncul di tengah tantangan kondisi ekonomi dan keuangan internasional dan regional" termasuk "rendahnya harga minyak".

Defisit tahun 2015 merupakan yang terbesar dalam sejarah Arab Saudi, yang bergantung pada minyak sebesar 90 persen dari penerimaan publik. Angka defisit itu di luar perkiraan.

Penerimaan tahun ini 15 persen lebih kecil dari perkiraan dan turun 42 persen dari tahun 2014, setelah harga minyak turun hampir dua pertiganya sejak pertengahan 2014 hingga di bawah 40 dollar per barrel.  

Penurunan harga ini sebagian besar disebabkan oleh kebijakan Arab Saudi dan negara-negara OPEC lainnya, yang menolak pengurangan produksi minyak karena ingin menjatuhkan pemain lain yang kurang kompetitif, termasuk produsen minyak serpih, Amerika Serikat, dari pasar minyak.

Harga minyak meluncur turun ini akibat penyataan yang diberikan pada hari Senin tersebut, dengan patokan bahwa US West Texas Intermediate kehilangan 1,29 dollar hingga 36,81 dollar per barrel, sementara minyak mentah Brent kehilangan 1,27 dollar hingga 36,62 dollar per barrel di London.

IMF telah memperkirakan terjadinya defisit sebesar 130 miliar dollar AS pada tahun 2015, sementara laporan lain menunjukkan sekitar 100 miliar dollar AS.

Menurut kementerian, pendapatan minyak hanya 73 persen dari total penerimaan pada tahun 2015, jauh di bawah kontribusi tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, penerimaan bukan minyak naik 29 persen menjadi 43,6 miliar dollar AS.

Anggaran proyek pada 2016 adalah 137 miliar dollar AS, paling rendah dalam 6 tahun terkahir. Sementara itu, angka pengeluaran sebesar 224 miliar dollar, sedikit di bawah perkiraan tahun 2015, yaitu 229 miliar dollar AS.

Pengeluaran tahun ini yang sebesar 260 miliar dollar AS, seperti disampaikan pihak kementerian itu, hampir setara dengan pengeluaran tahun 2013 dan turun 6,6 persen dari tahun 2014. Arab Saudi biasanya menghabiskan lebih besar dari proyeksi anggarannya hingga 20 persen.

Gunakan cadangan defisa

Riyadh tetap mempertahankan pengeluaran tinggi tahun ini, dan meluncurkan intervensi militer terhadap pemberontak yang didukung Iran di Yaman. Saudi menggunakan dana cadangan fiskalnya yang besar, yang dikumpulkan saat harga minyak sedang tinggi.

Kementerian Keuangan mengatakan akan merencanakan serangkaian langkah untuk belanja, termasuk program lima tahun terkait pemotongan subsidi listrik dan bahan bakar.

Pihak berwenang bergerak cepat setelah angka anggaran dikeluarkan. Kantor berita SPA melaporkan kenaikan harga bahan bakar, dan pemerintah akan memotong subsidi listrik, air, bahan bakar diesel, dan kerosin. Subsidi-subsidi ini merupakan isu yang amat sensitif di Arab Saudi, tempat masyarakatnya sudah terbiasa dengan murahnya harga utilitas dan bahan bakar.

Harga bensin non-timbal dengan kelas yang lebih tinggi akan dinaikkan menjadi 0,90 riyal (sekitar Rp 3.300) per liter dari sebelumnya 0,60 riyal, atau naik 50 persen. Bensin dengan kualitas lebih rendah akan naik hingga 0,75 riyal dari sebelumnya 0,45 riyal per liter.

Konglomerat minyak nasional, Aramco, dalam Twitter-nya menyatakan akan segera menutup semua pompa bensinnya hingga Senin tengah malam, dan akan mulai menjual kembali dengan harga baru.

Kementerian Keuangan juga menyatakan akan menimbang rencana menaikkan biaya pelayanan publik dan mengaplikasikan pajak pertambahan nilai melalui kerja sama dengan negara-negara semenanjung Arab, yang juga mengalami tekanan sama akibat jatuhnya harga minyak.

Rencana ini meluncurkan reformasi ekonomi dan fiskal untuk membuat anggaran yang lebih berkelanjutan, termasuk program untuk membatasi pertumbuhan belanja, terutama untuk gaji dan tunjangan yang menghabiskan setengah dari anggaran 2015.

Seperempat bagian dari anggaran belanja tahun depan, atau 57 miliar dollar AS, telah dialokasikan untuk belanja pertahanan dan keamanan, demikian disampaikan pihak kementerian. Tidak jelas berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk intervensi di Yaman oleh Arab Saudi karena mereka belum merilis angka untuk pengeluaran belanja pertahanan.

IMF telah memperingatkan Riyadh bahwa kegagalan memotong pengeluaran dan melaksanakan reformasi akan memakan cadangan fiskal negara hanya dalam waktu lima tahun.

Arab Saudi telah menggunakan lebih dari 80 miliar dollar AS dana cadangan tahun ini, yang berjumlah  732 miliar dollar AS pada akhir 2014, dan menerbitkan obligasi senilai sekitar 20 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com