Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denmark Rehabilitasi Pencandu Narkoba dengan Pesiar ke Karibia

Kompas.com - 08/06/2015, 22:28 WIB
KOPENHAGEN, KOMPAS.com — Banyak cara dilakukan untuk merehabilitasi para pemuda yang terlibat tindak kriminal dan penyalahgunaan obat terlarang. Namun, langkah yang dilakukan Denmark cukup unik, yaitu dengan "menghukum" para pemuda nakal itu dengan pelayaran wisata ke Karibia selama setahun.

Sejumlah pemerintah daerah di Denmark menggelontorkan dana sebesar 4 juta poundsterling atau hampir Rp 82 miliar untuk mengirim para pemuda yang terlibat kasus kriminal dan narkotika dalam sebuah pelayaran wisata ke Karibia. Demikian dikabarkan harian terbitan Denmark, MetroExpress.

"Saya mendaki gunung berapi dua kali, berulang kali bermain jet ski dan bertamasya di hutan, tetapi saya tak berhasil mendapatkan sertifikat menyelam," kata Christian (22), yang terlibat perampokan sebuah minimarket.

Menurut harian MetroExpress, sebanyak 59 pemuda pelaku tindak kriminal menghabiskan waktu selama satu tahun atau lebih di atas kapal pesiar Denmark yang dikelola perusahaan Den Maritime Base.

Untuk tiap-tiap pemuda yang direhabilitasi, pemerintah mengeluarkan ongkos hingga 70.000 poundsterling atau sekitar Rp 1,4 miliar yang berasal dari pajak rakyat Denmark.

Flemming Olsen, direktur masalah keluarga dewan rakyat Frederikssun di pulau Zealand, mengatakan, dia tak menyesal menggunakan uang rakyat dalam program ini. Pemerintah pulau Zealand mengirim 12 pemudanya dalam program rehabilitasi tersebut.

"Karibia memang terdengar sebagai tempat eksotis untuk dikunjungi, tetapi penting untuk diketahui bahwa perjalanan ini bukanlah sekadar perjalanan liburan," kata Olsen.

"Kami melakukan hal ini agar mereka bisa menjauhi lingkungan dan lokasi tempat terjadinya penyalahgunaan obat terlarang," tambah Olsen.

Wali kota Frederikssund, John Schmidt Andersen, juga mempertahankan keputusan menggelontorkan banyak uang untuk para pemuda bermasalah itu pada saat wilayah yang dipimpinnya dipaksa memangkas pengeluaran hingga 3 juta poundsterling.

"Saya sepakat jika ini (pengucuran dana) tampak sangat aneh. Namun, ini bukan pelayaran liburan karena ada tuntutan yang harus dipenuhi. Saya tak peduli apa yang mereka lakukan selama mereka berhenti menggunakan obat terlarang," ujar Andersen.

Mudah peroleh mariyuana

Christian mengatakan, selama mengikuti pesiar rehabilitasi setahun di Karibia itu, dia justru sangat mudah mendapatkan mariyuana.

"Karibia kemungkinan adalah ibu kota mariyuana dunia. Tanaman itu tumbuh di mana-mana, bahkan polisi di sana mengisapnya. Jadi, untuk menemukan seorang penjual ganja di jalanan hanya masalah waktu," kata Christian.

Direktur Pelaksana Den Maritime Base Henrik Oxlund mengakui masalah penggunaan mariyuana ini. Namun, dia mengatakan, perusahaannya berusaha keras untuk meminimalkan penggunaan mariyuana.

"Ya memang ada masalah dengan penggunaan mariyuana. Jika kami menangkap mereka (mengisap ganja), maka mereka akan diperingatkan atau dikirim pulang. Anda harus ingat bahwa mereka adalah anak-anak yang bermasalah," ujar Oxlund.

Ternyata, usai mengikuti pesiar rehabilitasi dan kembali ke Denmark, Christian tidak kembali ke jalan yang benar. Dia malah mulai berjualan obat-obatan terlarang dan kemudian bergabung dengan geng jalanan AK81.

Terkait kabar soal Christian, Ole Jacobssen, seorang pejabat di kota Frederikssund, mengatakan, pemuda yang menceritakan kisahnya kepada harian MetroExpress itu dipulangkan lebih awal karena mengancam kapten kapal.

Atas hal itu, Jacobssen masih menilai bahwa proyek pelayaran rehabilitasi ini masih sangat bermanfaat, setara dengan uang yang dikucurkan pemerintah. Jacobssen bersikukuh, perjalanan ini memiliki target yang harus dipenuhi peserta, yang adalah anak-anak remaja bermasalah.

"Para pemuda yang kebanyakan sudah tak bersekolah itu kami beri pelatihan untuk memberi mereka pengetahuan dan keterampilan. Selama perjalanan, mereka juga bekerja mulai pukul 07.30 hingga 19.30 setiap hari," ujar Jacobssen.

"Jika kita tidak berinvestasi untuk mereka saat ini, maka pada masa mendatang, mereka akan membebani negara jauh lebih mahal lagi, entah itu berupa ongkos di penjara atau hal-hal lainnya," tambah Jacobssen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com