Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Libya, Jual Beli Senjata Dilakukan Lewat Facebook

Kompas.com - 07/04/2016, 12:58 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com - Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa perdagangan senjata ilegal di Libya kini dilakukan melalui media sosial, khususnya Facebook.

Studi yang dilakukan selama 18 bulan itu menemukan penjualan berbagai senjata, mulai dari pistol hingga roket peluncur granat (RPG).

Perdagangan gelap senjata melanggar persyaratan layanan Facebook, dan juru bicara Facebook mengatakan, mereka menganjurkan pengguna untuk melaporkan hal seperti itu.

Laporan studi itu menggunakan data yang dikumpulkan Armament Research Services (ARES) dari total 1.346 transaksi jual beli senjata.

Peneliti yakin data yang terkumpul hanya sebagian kecil dari jumlah perdagangan di media sosial yang sebenarnya .

Laporan itu dirilis pada Kamis (7/4/2016), namun BBC Newsnight telah menerima salinannya terlebih dahulu.

Mendiang Moammar Khadaffy dikennal sebagai pembeli senjata yang obsesif dan mengendalikan pasar dengan ketat.

Selama 40 tahun berkuasa, diperkirakan dia membelanjakan lebih dari 30 miliar dollar AS atau sekitar Rp 395 triliun untuk senjata.

Ketika pasukan pemberontak menggulingkan rezimnya pada 2011, timbunan senjata milik Khadaffy dijual bebas ke pasar gelap.

Peneliti yakin perdagangan di media sosial mulai populer pada 2013, dan pasarnya terus tumbuh.

Mereka menelusuri perdagangan senjata ringan di situs-situs media sosial termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Telegram. Alhasil, volume penjualan terbesar ditemukan di Facebook.

Sebagian besar senjata yang dijualbelikan adalah pistol atau senapan. Jenis senapan paling populer ialah Kalashnikov, yang dijual dengan harga 1.800 dinar Libya atau sekitar Rp17 juta per pucuk.

“Meskipun kebanyakan barang yang dijualbelikan adalah senjata ringan tradisional – pistol hingga senapan manual dan senapan mesin – terdapat juga sistem persenjataan yang lebih signifikan, yang dapat memberi dampak di medan perang atau digunakan teroris,” kata Nic Jenzen-Jones dari ARES.

“Manpad adalah sistem anti-pesawat udara. Kami tak hanya menemukan sejumlah sistem yang komplet, tapi juga komponen individunya... Senjata ini tidak begitu ampuh melawan pesawat tempur modern, tapi ancaman besar terhadap pesawat sipil,” lanjut dia.

Peneliti menemukan sistem anti-pesawat udara dibanderol hingga 85.000 dinar Libia atau Rp 816 juta. Salah satu tawaran meliputi senapan anti-udara yang dilengkapi satu unit truk.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com