Partainya, Liga Nasional Demokrasi (NLD), juga diprediksi akan meraih kemenangan besar.
Suu Kyi akan kembali menjadi anggota parlemen mewakili konstituennya dari daerah Kawhmu, Yangon.
Namun, meski memimpin NLD, aturan dalam undang-undang dasar membuatnya tidak bisa menjadi presiden.
Kendati begitu, dia mengatakan bahwa hal itu "tak akan membatasinya dalam mengambil keputusan".
Dalam wawancara dengan BBC pada Selasa (10/11/2015), yang pertama sejak pemilu, Suu Kyi mengatakan bahwa proses pemberian suara "cukup bebas" meski tak sepenuhnya adil.
Dia juga mencatat ada beberapa kejanggalan.
Unggul
Komisi pemilihan di Myanmar pelan-pelan mulai merilis hasil penghitungan suara. Angka resmi terakhir menunjukkan bahwa NLD unggul jauh dari Partai USDP yang didukung militer.
USDP, yang berkuasa sejak 2011, mendapat 10 dari 491 kursi yang diperebutkan di dua parlemen, sementara NLD sudah mendapat 163 kursi.
Sekitar seperempat dari 664 kursi parlemen adalah jatah bagi tentara. Agar NLD bisa memenangi mayoritas dan berhak mengajukan calon presiden, mereka harus mendapat setidaknya dua pertiga dari semua kursi.
Pemilu pada Minggu (8/11/2015) lalu dinilai sebagai yang paling demokratis di Myanmar dalam 25 tahun terakhir.
Sekitar 30 juta orang berhak untuk memberi suara pada pemilu, Minggu (8/11/2015). Jumlah partisipasi diperkirakan sampai 80 persen.
Namun, ratusan ribu orang, termasuk etnis Muslim Rohingya, yang tidak dianggap sebagai warga negara, tak berhak memilih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.