Sebagaimana yang dikisahkan seorang mahasiswa Universitas Indonesia Fadhli Andrian yang saat ini dia berada di kota Pokhara, arah Barat Laut Khatmandu. Di kota tersebut, suasana masih terkendali dan tidak mengalami kerusakan yang berarti.
"Kalau di Kathmandu, banyak sekali bangunan penting dan bersejarah yang rusak. Untuk di Pokhara masih tergolong aman meskipun masih ada gempa-gempa kecil yang dirasakan," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (26/4/2015).
Dari pengatamannya, para wisatawan yang ada di Pokhara juga panik saat gempa-gempa susulan dengan skala yang lebih kecil mengguncang kota tersebut. "Ini barusan ada gempa kecil yang terjadi dan saya melihat banyak wisatawan yang panik," katanya.
Fadhli rencananya akan meninggalkan Nepal pada Selasa yang akan datang. "Saat ini bandara Tribhuvan International ditutup dan dijadwalkan Selasa sudah dibuka kembali," ungkapnya.
Sebelumnya dilaporkan, gempa berkekuatan 7,9 tersebut menguncang pada Sabtu tengah hari pada jam sibuk. Korban tewas sejauh ini sedikitnya 1.800 orang. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah setelah penyelamatan semalam terhambat oleh sejumlah gempa susulan yang kuat, jalan raya yang terputus dan kurangnya peralatan.
Gempa bumi itu, yang berpusat sekitar 80 kilometer di sebelah timur Kota Pokhara, kota kedua terbesar di negara itu, sangat merusak karena tergolong dangkal.
Kantor berita Reuters melaporkan, di banyak tempat orang-orang menggunakan tangan kosong untuk menggali para korban yang berada di reruntuhan bangunan yang ambruk itu. Operasi penyelamatan di sejumlah kota di beberapa daerah terpencil bahkan belum dimulai.