Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Indonesia di Swiss Unjuk Rasa Dukung Satinah

Kompas.com - 02/04/2014, 21:49 WIB
GENEVA, KOMPAS.com — Solidaritas terhadap Satinah,  TKI yang akan menjalani hukuman pancung di Arab Saudi, juga terjadi di Swiss. Sekitar 10 orang Indonesia yang menetap di negeri itu melakukan unjuk rasa di depan gedung Human Right Watch, Geneva, Swiss, Rabu (2/4/2014) siang.

"Sekecil apa pun, kami ingin memberikan dukungan moral kepada Satinah dengan cara ini," kata Nanang, salah satu pengunjuk rasa.

Unjuk rasa yang berlangsung damai itu bahkan diselingi aksi happening art, cukup menarik perhatian pejalan kaki yang lalu lalang di pinggiran Danau Geneva. Sebagian berhenti sebentar, sebagian tidak begitu peduli, beberapa di antaranya sempat memotret puluhan anak muda ini.

"Kami prihatin dengan nasib Satinah, juga jutaan nasib buruh migran yang teraniaya di perantauan," kata Sigit Susanto.

Laki-laki paruh baya yang menetap di provinsi Zug, Swiss Tengah, ini geram melihat reaksi Pemerintah Indonesia yang kurang peduli terhadap pahlawan devisa itu. "Mudah-mudahan tekanan kami dari Swiss ini membuahkan hasil," imbuhnya.

Puluhan demonstran itu membentang spanduk besar bertuliskan "Save Satinah", "Stop Modern Slavery", dan "Death Penalty Is Against Human Right". Selain itu, mereka juga membagikan petisi yang berisi kecaman terhadap Pemerintah Arab Saudi. Kedutaan Besar Arab Saudi di Bern juga mendapat petisi serupa.

Salah seorang warga Indonesia yang tinggal di Swiss, Krisna Diantha, melaporkan, dalam aksi happening art, para pengunjuk rasa membacakan puisi dan teater jalanan yang menyindir kekerasan yang dilakukan juragan di Arab Saudi terhadap buruh migran di Arab dengan iringan gitar, kendang, dan harmonika.

Setelah sekitar satu jam berorasi di depan gedung Human Right Watch, mereka berpindah ke konsulat Arab Saudi di Geneva untuk menyerahkan petisinya. Dari sini, mereka kemudian berpindah lagi ke kompleks perumahan kalangan diplomat di pinggiran Geneva. Salah satunya adalah rumah bekas majikan Saniah, TKI yang juga pernah disiksa.

Geneva dipilih untuk unjuk rasa ini karena kota ini adalah kota paling internasional di Swiss. Di kota yang dibatasi danau indah ini bermarkas ratusan lembaga internasional.

"Geneva juga kota yang paling banyak dikunjungi wisatawan Timur Tengah, sangat pas kalau demonstrasi di sini ketimbang di Kedubes Arab di Bern," ujar Nanang.

Selain itu, di Geneva juga paling banyak menetap buruh migran "alumni" Arab Saudi. Sedikitnya 50 orang buruh migran yang saat ini bekerja di Geneva adalah buruh migran yang pernah bekerja di Arab Saudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com