Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Indonesia Jadi Korban Perbudakan Modern di AS

Kompas.com - 03/02/2014, 09:01 WIB
PADA awalnya hati Shandra Woworuntu (27), mantan analis keuangan di sebuah bank di Indonesia, berbuncah gembira. Seolah doanya terjawab, surat lamarannya bekerja magang di sebuah hotel di Chicago, Amerika Serikat, mendapat jawaban positif.

Dia dinyatakan lolos dan diterima bekerja magang selama enam bulan. Saat itu Shandra baru diberhentikan dari bank tempatnya bekerja. Berbekal selembar tiket, visa, dan sejumlah uang, Shandra berangkat ke AS untuk menjemput impiannya.

Ketika itu, dia yakin sudah akan kembali ke Tanah Air dengan membawa banyak uang setidaknya dalam enam bulan ke depan. Sejumlah orang menjemputnya di Bandar Udara Kennedy, New York. Mereka bertanya memastikan dia benar bernama Shandra.

Percakapan tersebut adalah satu-satunya momen yang paling dia ingat. Sebab, setelah itu para penjemput tersebut membawanya beserta dua perempuan lain di bawah ancaman pistol.

”Mereka menempelkan pistol di kepala saya. Yang saya pikirkan ketika itu hanyalah berusaha tetap tenang dan bertahan hidup. Saya bahkan tak paham apakah saya diculik,” ujar Shandra dalam bahasa Inggris terbata-bata.

Shandra menceritakan semua petaka terbesar dan kisah tragis dalam hidupnya itu saat diwawancara kantor berita Perancis, AFP, Selasa (28/1/2014), di Humanity United, Washington.

Sejak hari pertama menjejakkan kaki di AS, Shandra dipaksa menjadi pekerja seks komersial di sebuah rumah bordil di kota New York. Bersama korban lainnya, mereka ”ditawarkan” kepada para hidung belang di sejumlah hotel dan kasino di kota itu.

Bersama Shandra ada banyak korban lain, kebanyakan masih berusia remaja dan bahkan seorang anak perempuan berusia 10-12 tahun. Dia mengaku menyesal tak tahu dari mana anak itu berasal lantaran tak bisa mengenali bahasanya.

Shandra bahkan tak lagi tahu berapa lama dia berada di AS. Yang dia ingat, satu waktu suhu udara semakin dingin beberapa bulan dia disekap dan dipaksa menjadi pekerja seks. Dia juga dipindah-pindah di bawah mucikari berbeda-beda.

Salah seorang mucikari berkebangsaan Malaysia bernama Johnnie Wong. Shandra dan korban lain dibawa berpindah-pindah dengan kendaraan van berkaca gelap dan dijaga tukang pukul berbadan raksasa.

Pada satu kesempatan, Shandra berhasil kabur bersama salah seorang rekannya senasib. Mereka keluar dari jendela kamar mandi dan nekat melompat dari lantai dua. Beruntung mereka selamat tak terluka.

FBI tak percaya

Setelah kabur, Shandra dan rekan senasibnya masih harus berjuang, terutama meyakinkan sejumlah pihak terhadap pengaduan mereka. Sangat disayangkan, selama beberapa pekan mencoba mencari perlindungan, pihak-pihak yang mereka datangi tak ada yang memercayai ceritanya.

Padahal, tak cuma meminta perlindungan dan mengadu kepada gereja, mereka juga telah mencoba melapor ke kepolisian, dan bahkan Biro Investigasi Federal AS (FBI) yang justru tak bekerja ”seprofesional” seperti di dalam film-film Hollywood.

Dalam upayanya itu, Shandra bahkan pernah jatuh kembali ke tangan mucikari lain. Beruntung dia kembali lolos dan mendapatkan perlindungan semestinya dari lembaga swadaya masyarakat Safe Horizon, yang khusus menangani korban praktik perdagangan manusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com