Pertama dalam Sejarah, "Kontingen Pengungsi" Bakal Terjun di Ajang Olimpiade

RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com — Untuk kali pertama dalam sejarah, sebuah tim yang berlaga di ajang pesta olahraga sedunia, yaitu olimpiade, akan terdiri dari warga pengungsi dan tidak mewakili negara.

Tim ini akan diperkuat para atlet yang adalah pengungsi dari beragam negara.

Popole Misenga dan Yolande Mabika, keduanya adalah atlet judo Kongo, adalah dua peserta yang akan berlaga untuk "skuad pengungsi". 

Mereka memiliki peluang besar untuk menorehkan sejarah.

"Bagi saya, ini luar biasa. Sebab, para pengungsi tidak pernah berpartisipasi dalam ajang olimpiade sebelumnya," ungkap Misenga, seperti dikutip Associated Press, Rabu (1/6/2016).

"Seluruh dunia akan menyaksikan kami," sambung atlet berusia 24 tahun ini.

Minggu ini akan muncul kepastian apakah harapan kedua atlet ini bakal terwujud.

Komite Olimpiade Internasional akan mengumumkan anggota kontingen pengungsi pada Jumat mendatang.

Sumber resmi menyebutkan, ada 43 atlet yang dinilai berpotensi untuk mengambil bagian dalam ajang akbar itu. Namun, kualifikasi akan diberlakukan, sehingga hanya lima atau 10 atlet yang akan berangkat ke Rio de Janeiro, Brasil.

Selanjutnya, tim ini akan berlaga dan bernaung di bawah bendera olimpiade, tanpa terkait dengan negara mana pun.

Misenga ataupun Mabika terbang dari kampung halamannya saat masih anak-anak, ketika pecah perang di sana.

Pertikaian yang pecah di negara-negara Afrika tengah yang berlangsung sejak pertengahan era '90-an telah memakan jutaan korban tewas. Sementara jutaan lainnya mengungsi ke banyak tempat demi menyelamatkan hidup.