Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Punya Tato Wajah Presiden di Kemaluannya, Penyair Myanmar Buron

Kompas.com - 25/10/2015, 07:39 WIB

YANGOON, KOMPAS.com - Seorang penyair muda Myanmar selama tiga pekan terakhir menjadi buron aparat keamanan negeri itu.

Maung Saungkha, nama penyair itu, mengunggah sebuah puisi lewat akun Facebook-nya. Dalam puisi itu dia mengklaim memiliki tato wajah presiden di kemaluannya.

Jika tertangkap, maka Saungkha bisa mendekam tiga tahun dalam penjara akibat puisi kontroversialnya itu.

"Saya memiliki wajah presiden ditato di kemaluan saya, istri saya juga merasa sangat jijik," demikian sebagian isi puisi Saungkha yang menghebohkan itu.

Meski Saungkha tak menyebut nama presiden yang wajahnya "menempel" di kemaluannya itu, namun pemerintah Myanmar menilai aksi Saungkha itu adalah sebuah aksi menyerang negara.

Bahkan, salah satu orang dekat Presiden Thein Sein mengatakan Saungkha akan menerima konsekuensi akibat ulahnya itu.

"Saungkha harus siap bertanggung jawab atas perbuatannya itu," kata Direktur Kantor Presiden Myanmar, Zaw Htay lewat akun Facebook-nya.

Beberapa saat setelah puisi kontroversial Saungkha diunggah, polisi langsung menggerebek kediaman Saungkha.

Saat digerebek, Saungkha tak berada di rumah dan sejak saat itu sosok pemuda itu tidak terlihat.

Polisi kemudian memastikan Kepala Kepolisian Thein Win sudah menjerat Maung Saungkha berdasar Undang-undang Telekomunikasi dan penyair muda itu terancam hukuman 3 tahun penjara.

Pada Rabu lalu, kepada harian Irrawady, Saungkha mengatakan dia tak bermaksud melecehkan pemerintah Myanmar.

Dia mengatakan puisinya ditujukan untuk pemerintah yang menindas rakyatnya dan bukan ditujukan untuk individu tertentu.

"Itu bisa saja tentang Saddam Hussein atau Assad," ujar Saungkha.

"Pemerintah tidak memahami puisi. Mereka takut terhadap puisi karena puisi membawa suara rakyat," tambah dia.

Saungkha yang adalah seorang penyair berbakat, sudah menerbitkan beberapa buku puisinya di Myanmar.

Dia yakin pemerintah mengincarnya sejak dia terlibat dalam unjuk rasa menentang kekerasan polisi awal tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com