Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria yang Rekam Pembantaian di Paris Menyesal Telah Sebarkan Video

Kompas.com - 12/01/2015, 10:46 WIB
PARIS, KOMPAS.com — Seorang pria yang video amatirnya tentang pembunuhan seorang polisi di Paris mengejutkan dunia menyesal telah berbagi rekaman itu dunia maya. Dia mengatakan, dirinya ia tidak pernah mengira video tersebut disiarkan secara luas.

Insinyur Jordi Mir mengatakan, dia mem-posting video karena takut dan sebuah "refleks bodoh" yang dipupuk selama bertahun-tahun setelah menggunakan media sosial.

"Saya benar-benar panik," katanya kepada kantor berita AP dalam sebuah wawancara eksklusif di seberang jalan raya di Paris, di mana polisi itu ditembak oleh teroris pada Rabu (7/1/2015) pagi.

Film pendek itu langsung menjadi gambar yang paling menonjol dari tragedi Paris yang berlangsung tiga hari, yang dimulai dengan pembunuhan massal di markas majalah satire Charlie Hebdo dan berakhir pada Jumat dengan kematian empat sandera dan tiga teroris dalam dua peristiwa tembak-menembak terpisah.

"Saya harus berbicara dengan seseorang," kata Mir. "Saya sendirian di flat saya. Saya memuat video itu di Facebook. Itulah kesalahan saya."

Dia mengatakan, dia memuat video itu di Facebook selama sesedikitnya 15 menit sebelum kemudian berubah pikiran bahwa video itu sebaiknya dicabut.

Namun, hal itu sudah terlambat. Rekaman tersebut telah tersebar di berbagai situs dan seseorang mengunggahnya ke YouTube. Kurang dari satu jam setelah Mir menghapus video itu dari akun Facebook-nya, dia terkejut ketika melihat video itu diputar di layar televisinya.

Dalam bentuk tanpa diedit, film berdurasi 42 detik itu memperlihatkan dua pria bersenjata yang memakai penutup wajah, yaitu kakak beradik Cherif dan Said Kouachi, saat mereka berjalan menuju ke polisi yang terluka, yang kemudian diidentifikasi sebagai Ahmed Merabet (42 tahun). "Kau ingin membunuh kami?" kata salah satu dari kedua orang itu saat dia melangkah ke arah polisi yang terluka tersebut. "Tidak, tidak apa-apa, bos," kata Merabet, yang mengangkat tangannya dalam upaya untuk meminta belas kasihan.

Namun, dia ditembak, tepat di kepalanya.

@twitter Ahmed Merabet, Polisi Paris yang tewas ditembak dalam pembantaian di Charlie Hebdo
Video itu memicu gelombang kekesalan di seluruh dunia. Sejumlah tabloid Inggris menggambarkannya sebagai hal yang "mengejutkan" dan "memuakkan". Harian Perancis Le Figaro tetap memajang cuplikan tayangan itu di halaman muka dengan keterangan yang berbunyi "Perang". Wartawan CNN, Randi Kaye, menyebut video itu "sebuah gambar yang tak akan terlupakan selamanya terkait serangan yang mengerikan itu".

Publikasi berulang video itu oleh organisasi media di seluruh dunia telah membuat sedih keluarga Merabet. "Beraninya kamu mengambil video itu dan menyiarkannya?" kata saudaranya, Malek, kepada wartawan, Sabtu. "Saya mendengar suaranya. Saya mengenalinya. Saya melihat dia dibantai dan saya mendengar dia dibantai setiap hari."

Mir ingin keluarga Merabet tahu bahwa dia "sangat menyesal". Dia mengatakan, dirinya telah menolak tawaran pembelian rekaman itu dan bahwa dia ingin organisasi media mengaburkan gambar Merabet sebelum menayangkan video itu.

Sejumlah orang berpendapat bahwa video itu memainkan peran yang bermanfaat dengan mengekspos kekejaman para teroris. Mir mengatakan, seorang pejabat mengatakan kepadanya bahwa video itu membantu membentuk opini publik Perancis.

Namun, Mir mengatakan bahwa jika dirinya bisa melakukannya lagi, dia tetap tidak akan memuat video itu Facebook. "Di Facebook, tidak ada kerahasiaan," katanya. "Ini pelajaran bagi saya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com