Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Tak Mujarab, Perusahaan Farmasi Wajib Kembalikan Dana Subsidi

Kompas.com - 29/04/2014, 10:17 WIB
CANBERRA, KOMPAS.COM — Perusahaan obat di Australia akan dipaksa mengembalikan seluruh uang subsidi obat yang telah dibayarkan pemerintah federal jika ternyata obat mereka yang diresepkan kepada pasien penerima program santunan farmasi tidak berfungsi.

Aturan itu merupakan salah satu butir rekomendasi dari Komisi Penasihat Manfaat Obat (PBAC) yang berlaku untuk dua jenis obat kontroversial, yakni satu obat untuk cystic fibrosis dan yang lainnya untuk kondisi darah yang langka.

Di bawah model pembayaran berdasarkan kinerja ini, pasien dapat meminta kembali uang yang mereka keluarkan untuk membeli obat berharga mahal jika ternyata obat tersebut diketahui tidak memberikan respons pengobatan.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan mengatakan, model ini menggantikan model sebelumnya, di mana pasien harus membayar obat-obatan sepenuhnya apa pun hasilnya, dan model ini baru sekali digunakan sebelumnya.

Berdasarkan rekomendasi dari PBAC, perusahaan obat tidak akan diizinkan untuk menagih kepada pemerintah melebihi estimasi awal dan harus melakukan penelitian klinis terus-menerus. PBAC akan menetapkan ukuran-ukuran kesehatan yang mengindikasikan tingkat efektivitas obat.

Sebagian besar pasien menyambut positif rekomendasi yang diterbitkan komisi ini.

Perusahaan keberatan

Keputusan ini merupakan kemenangan parsial bagi mereka yang melobi agar obat cystic fibrosis yakni, Kalydeco, masuk dalam daftar obat yang disubsidi pemerintah federal Australia. Obat ini diklaim dapat membantu pasien yang menderita kelainan genetik langka dan telah digembar-gemborkan oleh sejumlah penggunanya kalau obat ini memang hampir bisa menyembuhkan penyakit tersebut.

Diperkirakan, Kalydeco, yang menyedot subsidi hampir 300.000 dollar Australia atau sekitar Rp 3 miliar per tahun untuk setiap pasien, bisa membantu sekitar 200 warga Australia yang menderita kondisi kesehatan  tersebut.

Sementara Vertex, produsen Kalydeco, mengatakan, mereka "sangat kecewa" dengan kondisi yang melekat pada rekomendasi tersebut.

General Manager Internasional Vertex, Simon Bedson, mengatakan, perubahan yang diusulkan akan mengurangi separuh jumlah warga Australia memenuhi syarat untuk pengobatan.

Orang yang sangat sakit akan dikecualikan dari pengobatan, dan pasien yang hanya menunjukkan perbaikan ringan atau sedikit perbaikan dalam kualitas hidupnya juga akan dihentikan.
 
"Kondisi rekomendasi PBAC akan mencegah pasien yang bisa mendapatkan manfaat dari Kalydeco dari mampu untuk mendapatkan obat tersebut atau untuk tetap mendapatkan obat tersebut bahkan ketika obat itu menunjukkan dampak perbaikan pada kualitas kesehatannya," kata Bedson. "Tidak seperti negara lain, Australia terus menerapkan aturan kriteria kelayakan dan penghentian subsidi obat yang ketat untuk membatasi jumlah pasien yang bisa mendapatkan manfaat atau menunjukan manfaat dari obat ini," kritiknya.

Vertex mengaku telah mendesak pemerintah federal untuk menolak rekomendasi PBAC tersebut.

Sementara Yayasan Penderita Cystic Fibrosis tidak bisa dimintai komentar.

PBAC juga merekomendasikan model pendekatan yang sama untuk subsidi obat Soliris, obat untuk kasus Atypical Haemolytic Uraemic Syndrome.

Kondisi yang menyebabkan pembekuan darah abnormal dan secara khusus menyerang ginjal yang diderita oleh sekitar 60 warga Australia.
 
Obat ini menyedot uang pajak sampai 200 juta dollar dalam lima tahun terakhir.

PBAC merupakan lembaga independen yang ditunjuk oleh Pemerintah Australia di mana anggotanya terdiri dari dokter, tokoh kesehatan profesional, ekonom kesehatan, dan perwakilan konsumen. Tugas utama komisi ini adalah merekomendasikan obat-obatan baru untuk masuk dalam daftar obat subsidi yang diresepkan bagi warga penerima santunan subsidi farmasi (PBS). Tanpa rekomendasi positif dari komisi ini, obat-obatan baru tidak akan bisa diresepkan bagi pasien penerima subsidi obat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com