Sementara itu, untuk industri elektronik, sebagaimana pemaparan Head of Product Marketing Residential AC LGE Indonesia Eddy Darmawan saat kunjungan ke pabrik pendingin udara (AC) kategori residensial milik LG di kawasan Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (18/3/2014), pabrik di Thailand dan Indonesia memasok pasar yang berbeda. Walaupun, pasar itu sama-sama di kawasan regional Asia Tenggara dan Australia.
Menurut Eddy kemudian, untuk menjawab tantangan ekspor, pihaknya di Indonesia, membidik pasar Filipina, Singapura, dan Australia. "Sementara, Thailand menjadi pemasok produk kami untuk Malaysia dan Vietnam,"tuturnya.
Eddy Darmawan menerangkan sesuai data dari GfK pasar AC residensial di Indonesia mencapai angka Rp 7 triliun sepanjang 2013. Angka ini akan naik Rp 1 triliun hingga 2014 usai. "Jadi ada kenaikan target pasar hingga 15 persen," katanya.
Catatan GfK juga menunjukkan kalau selama tujuh tahun berturut-turut sejak 2006, LG menjadi nomor satu dalam bisnis AC di Tanah Air. Sepanjang 2013, misalnya, LG mencatatkan penguasaan pasar 25,5 persen. Pertumbuhan pasar AC pada 2013 tersebut mencapai Rp 772 miliar atau setara dengan kenaikan 13,6 persen. Sementara, pada periode sama, pertumbuhan bisnis AC LG berada di angka Rp 214 miliar atau setara dengan kenaikan 14,8 persen.
Lantaran pasar AC residensial terbilang sensitif harga, LG mengupayakan langkah efisiensi untuk menekan biaya produksi. Salah satunya dengan memperbanyak kandungan lokal hingga 70 persen. Sisanya, termasuk komponen kondensor dan kompresor memang masih harus dibeli dari luar Indonesia. Dengan cara itu, varian AC residensial mulai dari 1/2 PK, 3/4 PK, dan 1 PK bisa dilepas ke pasar dalam kisaran harga antara Rp 2,5 juta hingga Rp 2,7 juta per unitnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.