Pihak Woodside menyandarkan pada meningkatnya bisnis gas alam cair (LNG) dari pasar Timur Tengah. Leviathan sendiri diprediksikan mempunyai cadangan 19 triliun kaki kubik gas. Jumlah itu cukup untuk memasok seluruh Eropa selama setahun.
Ladang gas Leviathan dibangun dan dikembangkan oleh Noble Energy Corp asal Amerika Serikat. Perusahaan itu masih menggenggam 30 persen saham hingga kini. Sementara komposisi pemegang saham di samping kedua perusahaan tadi adalah Delek Group asal Israel, Avner Oil Exploration, dan Ratio Oil Exploration.
Menurut rencana, gas Leviathan akan dimanfaatkan oleh Woodside untuk proyeknya di Myanmar dan Irlandia. "Leviathan juga menjadi pemasok kebutuhan gas dalam negeri Israel," kata pernyataan Woodside.
Sementara itu, pertanyaan besar yang mengemuka adalah ihwal transportasi gas tersebut. Pasalnya, menguat dua pertimbangan. Pertama, transportasi melalui pipa. Kedua, transportasi melalui laut. Untuk cara kedua, gas Leviathan akan dicairkan terlebih dahulu hingga berbentuk LNG.
Israel punya opsi untuk membangun jalur pipa menuju Eropa. Tetapi, tantangannya adalah stagnansi pasar dan mahalnya investasi pembangunan terminal LNG di kawasan Asia.
Sementara itu, opsi pembangunan pipa gas menuju Eropa bisa dilakukan lewat Turki dan Palestina. Proyek ini terbilang lebih murah dari segi investasi. Hingga tulisan ini diunggah, belum ada keputusan soal transportasi pilihan Israel untuk menjual produk dari ladang Leviathan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.