Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Usai, China Kembali ke Afrika, Fokus ke Sektor Mineral

Kompas.com - 31/05/2024, 12:27 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber Reuters

Peningkatan Keterlibatan

Griffith Asia Institute memperkirakan, total invetasi China di Afrika – kombinasi kontrak konstruksi dan komitmen investasi – mencapai 21,7 miliar dolar pada tahun lalu. Angka itu menjadikan Afrika sebagai penerima regional terbesar.

Data dari American Enterprise Institute, lembaga pemikir yang berbasis di Washington, menunjukkan investasi mencapai hampir 11 miliar dolar pada tahun 2023, angka tertinggi sejak lembaga tersebut mulai melacak aktivitas ekonomi China di Afrika pada tahun 2005.

Sekitar 7,8 miliar dolar di antaranya digunakan untuk sektor pertambangan, seperti tambang tembaga Khoemacau di Botswana, yang dibeli MMG Ltd China seharga 1,9 miliar dolar, dan tambang kobalt dan litium di negara-negara termasuk Namibia, Zambia, dan Zimbabwe.

Perburuan terhadap mineral-mineral penting juga mendorong pembangunan infrastruktur. Pada Januari lalu, misalnya, perusahaan-perusahaan China menjanjikan investasi infrastruktur hingga 7 miliar dolar berdasarkan revisi perjanjian usaha patungan tembaga dan kobalt mereka dengan Republik Demokratik Kongo.

Negara-negara Barat dan Teluk juga berlomba untuk memimpin transisi energi dunia, dengan Amerika Serikat dan pemerintah Eropa mendukung Koridor Lobito, jalur kereta api yang membawa logam dari Zambia dan Kongo ke pantai Atlantik Afrika.

Namun, para pemimpin Afrika masih kesulitan untuk menggalang dana bagi beberapa proyek prioritas lainnya.

Meskipun Jalan Tol Nairobi sukses, misalnya, pekerjaan beberapa jalan di Kenya terhenti karena pemerintah kehabisan dana untuk membayar perusahaan-perusahaan konstruksi China. Saat berkunjung ke Beijing pada Oktober tahun lalu, Presiden Kenya, William Ruto, meminta pinjaman 1 miliar dolar untuk menyelesaikan proyek-proyek tersebut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan diskusi mengenai permintaan tersebut sedang berlangsung. Sementara Kementerian Keuangan Kenya tidak menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar terkait hal itu.

Tahap akhir jalur kereta api yang direncanakan untuk melintasi Kenya dari pelabuhan utama negara itu ke perbatasan dengan Uganda juga mengalami ketidakpastian serupa sejak pendanaan China terhenti tahun 2019. Uganda membatalkan kontrak untuk bagian jalur tersebut, yang menjadi prosinya, pada tahun 2022, setelah perusahaan-perusahaan China menarik diri dari proyek itu.

Ketika ditanya tentang pengurangan pinjaman untuk infrastruktur di Afrika, para pejabat China menunjuk pada perdagangan dan investasi, dengan berargumen bahwa perdagangan yang dihasilkan BRI meningkatkan kekayaan dan pembangunan Afrika.

Perdagangan dua arah antara China dengan Afrika mencapai rekor 282 miliar dolar tahun lalu, menurut data bea cukai China. Namun di saat yang sama, nilai ekspor Afrika ke China turun 7 persen, terutama disebabkan oleh penurunan harga minyak, dan defisit perdagangannya melebar 46 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com