Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elihu Yale, Pedagang Budak Kejam, Namanya Jadi Nama Universitas Yale

Kompas.com - 13/03/2024, 14:26 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber BBC

Lukisan terkenal itu, kata dia, merupakan salah satu bukti paling memberatkan yang menghubungkan Yale dengan perbudakan. Bertanggal antara tahun 1719 dan 1721, lukisan tersebut menunjukkan Yale bersama tiga pria kulit putih lainnya dilayani seorang "pelayan", sebuah eufemisme untuk seorang budak.

"Perbudakan merupakan sesuatu yang lumrah di Inggris pada saat itu. Tidak jelas apakah dia pemilik budak itu atau anggota keluarganya (yang menjadi pemiliknya). Namun, kehadiran anak itu dalam bingkai, menyajikan anggur untuknya dan orang-orang lain, menunjukkan bahwa perbudakan diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari Yale," kata Yannielli.

Dia mengatakan, alasan mengapa sejumlah penulis biografi Yale sebelumnya mengabaikan kaitannya dengan perbudakan mungkin karena kurangnya akses terhadap materi sejarah di masa lalu.

Namun, karena risalah rapat East India Company kini tersedia secara digital, para peneliti baru-baru ini yang memilih untuk mengabaikan bukti tersebut bisa saja "karena mereka tidak ingin melihatnya atau mungkin tidak menganggapnya penting pada masa sebelum Black Lives Matter."

Yannielli juga membantah klaim bahwa Yale merupakan pendukung penghapusan perbudakan (abolisionis), yang memerintahkan pelarangan perdagangan budak di Madras saat dia menjadi gubernur.

"Mengatakan bahwa dia benar-benar mengakhiri perbudakan adalah upaya untuk memoles citranya. Jika Anda melihat dokumen aslinya, penguasa Mughal di India yang memerintahkan perusahaan tersebut untuk menutupnya. Namun, Yale tidak lama kemudian melakukannya lagi. Dia memerintahkan pengangkutan budak dari Madagaskar ke Indonesia setahun kemudian.

"Perlawanan terhadap perbudakan dan imperialisme dimulai pada abad ke-15 dan terdapat kelompok abolisionis. Tapi, Yale jelas bukan salah satunya," kata Yannielli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com