Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elihu Yale, Pedagang Budak Kejam, Namanya Jadi Nama Universitas Yale

Kompas.com - 13/03/2024, 14:26 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber BBC

Menjadi Gubernyr Madras

Elihu Yale lahir di Boston pada April 1649. Dia pindah bersama keluarganya ke Inggris ketika berusia tiga tahun. Dia tiba di Fort St George, koloni orang Kulit Putih di Madras, sebagai seorang pemuda pada tahun 1672. Pekerjaannya saat itu adalah seorang klerikal (pekerjaan yang terkait dengan administrasi kantor atau tugas administratif umum) di East India Company.

Rodney Horace Yale menulis, gaji yang ditawarkan perusahaan itu "sangat kecil, gaji gubernur sebesar 100 pounds per tahun, gaji pegawai magang sebesar lima pounds". Dia dan sejarawan lain mengatakan, para karyawan perusahaan itu terlibat dalam segala jenis perdagangan demi keuntungan pribadi.

Selama seperempat abad, Yale naik pangkat, hingga akhirnya diangkat menjadi gubernur-presiden pada tahun 1687 - pekerjaan yang dia lakukan selama lima tahun hingga tahun 1692. Pada tahun 1692 itu dia dipecat karena "menggunakan dana perusahaan untuk spekulasi pribadi, pemerintahan yang sewenang-wenang, dan mengabaikan tugas".

Tahun 1699 ketika dia kembali ke Inggris, pria berusia 51 tahun itu menjadi orang yang sangat kaya. Dia membangun "rumah megah" di Queen's Square di Great Ormond Street dan mengisinya dengan benda-benda seni dan artefak yang bernilai tinggi.

Pada saat kematiannya pada Juli 1721, sejumlah surat kabar Inggris menggambarkannya sebagai "seorang pria yang dikenal karena kemurahan hatinya yang luas". Namun, para sejarawan mengatakan, selama berada di Madras dia juga dikenal karena kekejaman dan keserakahannya.

Rodney Horace Yale menulis bahwa penerusnya menuduh dia melakukan korupsi dan ada sejumlah kematian tidak biasa yang menimpa beberapa anggota dewan ketika dia menjadi gubernur. Pada suatu kesempatan, dia dituduh memerintahkan hukuman gantung terhadap salah satu pengurus kandangnya "karena menunggangi kuda kesayangannya tanpa izinnya".

Sejarawan mengatakan, ada keraguan terkait bukti kasus pengurus kandang tersebut. Namun, mereka menambahkan bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang "tidak sesuai dengan karakternya".

“Lingkungannya harus menjadi pertahanan paling efektif atas catatan arogansi, kekejaman, sensualitas, dan keserakahannya selama berkuasa di Madras,” tulis Rodney Horace Yale.

Namun, dia mengabaikan peran leluhurnya itu dalam perdagangan budak, sesuatu yang juga dituduh telah dilakukan banyak penulis biografi Elihu Yale dan sejarawan terkini.

Baca juga: 3 Pelajar Asal Jakarta Juarai Kompetisi Debat World Scholars Cup 2022 di Yale University

Yannielli, yang menelusuri catatan kolonial tentang Fort St George, mengatakan "semuanya sangat jelas" dan tidak dapat disangkal bahwa "Elihu Yale merupakan seorang pedagang budak yang aktif dan sukses".

Yannielli tidak berani menebak berapa banyak uang yang diperoleh Yale dari perbudakan karena perbudakan itu "pasang surut" dan karena dia memperdagangkan barang-barang lain seperti berlian dan tekstil sehingga "sulit untuk menguraikan keuntungan yang dia peroleh dari setiap perdagangan".

Namun, dia yakin, Yale mendapat kekayaan cukup besar dalam perdagangan budak.

“Saya dapat mengatakan bahwa kapasitasnya untuk menghasilkan uang sangat besar. Dia bertugas mengarahkan perdagangan budak di Samudera Hindia. Pada tahun 1680-an, kelaparan yang parah (di India selatan) menyebabkan surplus tenaga kerja dan Yale serta para pejabat perusahaan lainnya mengambil keuntungan dari situasi tersebut, membeli ratusan budak dan mengirim mereka ke koloni Inggris di Saint Helena," kata dia.

Yale, ujar dia, "berpartisipasi dalam pertemuan yang memerintahkan minimal 10 budak dikirim di setiap kapal menuju Eropa. Hanya dalam satu bulan pada tahun 1687, Fort St George mengekspor setidaknya 665 budak. Sebagai gubernur-presiden Madras, Yale menerapkan aturan 10 budak per kapal".

Berawal dari Lukisan yang Menampilan "Pelayan"

Sebagai mantan mahasiswa di Yale, Yannielli pertama kali menggali hubungan Elihu Yale dengan perdagangan budak lebih dari satu dekade lalu saat dia menemukan gambar gubernur itu sedang dilayani seorang budak kulit berwarna.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com