Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Kristen di Gaza "Terancam Punah" karena Perang

Kompas.com - 06/02/2024, 11:53 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Marian Saba dan keluarganya juga masih terus berlindung di Gereja St Porfirius, bersama sekitar 300 orang lainnya. Mereka menghadiri misa hari Minggu di gereja itu.

Sembilan hari setelah kerusakan gereja itu, putrinya Kylie dibaptis. Dia menggambarkannya sebagai momen yang pahit. Peristiwa yang seharusnya menggembirakan itu dipenuhi rasa cemas dan takut bahwa anaknya bisa saja ikut terbunuh.

"Ancaman Kepunahan"

Dari sekitar dua juta penduduk Jalur Gaza, ada 800 hingga 1.000 orang kristen yang masih bertahan di wilayah itu. Walau tergolong minoritas sangat kecil, mereka merupakan komunitas kristen tertua di dunia. Komunitas kristen di Gaza sudah ada sejak abad pertama atau sejak masa gereja perdana

Mitri Raheb, pendeta Gereja Lutheran Evangelis dan pendiri Universitas Dar al-Kalima di Betlehem, mengatakan bahwa konflik yang terjadi saat ini dapat mengakhiri sejarah panjang kekristenan di wilayah tersebut.

“Komunitas ini terancam punah,” kata Raheb kepada Al Jazeera. “Saya tidak yakin apakah mereka akan selamat dari pengeboman Israel, dan bahkan jika mereka selamat, saya rasa banyak dari mereka yang ingin pindah.”

“Kami tahu bahwa dalam generasi ini, kekristenan tidak akan ada lagi di Gaza,” tambah dia.

Wilayah Palestina yang lebih luas (tidak hanya Gaza) merupakan tempat kelahiran agama Kristen, serta tempat terjadinya banyak peristiwa yang dikisahkan di Kitab Perjanjian Lama dan Baru dalam Alkitab.

Pada abad keempat, Gaza, yang terletak di sepanjang jalur perdagangan utama dengan akses ke pelabuhan yang aktif dan kota kosmopolitan, menjadi pusat misi kristen yang utama.

Setelah tahun 1948, ketika negara Israel didirikan dan 700.000 warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka dalam peristiwa yang dikenal sebagai Nakba (bencana), semakin banyak umat kristen Palestina yang bergabung dengan komunitas di daerah kantong pesisir tersebut.

Jumlah umat kristen di Gaza menurun dalam beberapa tahun terakhir, dari 3.000 orang yang tercatat tahun 2007, saat Hamas mengambil kendali penuh atas wilayah tersebut, sehingga memicu blokade Israel dan mempercepat keluarnya umat Kristen dari daerah kantong yang dilanda kemiskinan tersebut.

Sejarah Kekristenan di Gaza

Gereja Santo Porfirius merupakan salah satu situs keagamaan terpenting di Palestina. Tempat itu dinamai berdasarkan nama seorang uskup abad kelima. Gereja tersebut merupakan salah satu tempat ibadah tertua yang masih ada di wilayah itu dan salah satu gereja tertua di dunia.

Gereja Santo Porfirius awalnya dibangun tahun 425 M dan kemudian dibangun kembali oleh Tentara Salib pada abad ke-12. Sebagian besar struktur bangunan yang ada saat ini berasal dari periode tersebut.

Situs kristen besar lainnya di Gaza adalah biara Tell Umm Amer yang terletak di dekat Gereja Santo Porfirius dan bahkan lebih tua usianya. Bangunan dari abad keempat itu, yang kini sebagian besar berupa reruntuhan, pernah mencakup gereja, ruang baptisan, kuburan, dan ruang bawah tanah.

Biara itu berfungsi sebagai tempat ibadah bagi mereka yang melakukan perjalanan antara Mesir dan Syam (Levant), termasuk Palestina dan Suriah.

Situs itu terkenal sebagai tempat kelahiran Santu Hilarius (Hilarion), seorang biarawan Palestina dari abad keempat, yang membantu merintis hidup bertapa (monastisisme).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com