Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Rusia Tidak Masuk NATO? Ini 5 Alasannya

Kompas.com - 27/01/2022, 14:02 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Setidaknya ada lima alasan kenapa Rusia tidak ikut NATO, setelah hubungannya terputus sejak perang Rusia-Georgia pada 2008.

Kemudian, dikutip dari situs web NATO, pada 2014 aliansi itu menangguhkan semua kerja sama praktis dengan Rusia sebagai tanggapan atas tindakan agresifnya di Ukraina.

Kerja sama tersebut mencakup proyek-proyek di Afghanistan, kontra-terorisme, dan kerja sama ilmiah.

Baca juga: Kenapa Rusia-Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?

NATO yang beranggotakan 30 negara juga mengeklaim, terus berupaya membangun hubungan yang konstruktif dengan Rusia, tetapi akan bergantung pada tindakan Moskwa terhadap hukum internasional dan komitmen internasional.

Lantas, kenapa Rusia tidak masuk NATO sampai sekarang? Berikut lima penyebabnya menurut The Moscow Times.

Tank-tank Rusia berparade di akhir latihan militer Vostok 2018 yang digelar di dekat perbatasan China. AFP/MLADEN ANTONOV Tank-tank Rusia berparade di akhir latihan militer Vostok 2018 yang digelar di dekat perbatasan China.
1. Kendali atas angkatan bersenjata

NATO mewajibkan negara-negara anggotanya memiliki kendali sipil dan demokratis atas angkatan bersenjata mereka. Ini adalah prinsip dasar yang memungkinkan integrasi militer dan interoperabilitas antar-anggota.

Meskipun anggota NATO sistem politiknya berbeda-beda, seperti republik presidensial dan parlementer, mereka semua anggaran pertahanannya transparan dan memiliki pengawasan publik serta legislatif atas urusan militer masing-masing.

Itu termasuk penyelidikan independen terhadap pelanggaran militer, kontrol parlemen tentang alokasi dana untuk program senjata, dan kemampuan mengirim pasukan untuk berperang dalam operasi militer asing.

Namun, di Rusia kontrol sipil atas militer menyalahi prinsip-prinsip dasar struktur kekuasaan vertikal Presiden Vladimir Putin, yang menyatukan ketiga cabang kekuasaan menjadi satu cabang eksekutif besar.

Setiap kekuatan otokratis tidak mengizinkan akuntabilitas publik di semua bidang pemerintahan termasuk untuk angkatan bersenjata.

Alasan lain kenapa Rusia tidak ikut NATO adalah menolak syarat transparansi dalam urusan militer.

Rusia sangat sensitif tentang berbagi rahasia militernya dengan NATO, terutama soal kekuatan nuklirnya, meski hal-hal yang dirahasiakan itu sudah menyebar di Barat.

Baca juga: Prediksi Serangan Rusia ke Ukraina, dari Siber hingga Invasi Besar

Berbagai kendaraan militer dan tank milik Polandia, Italia, Kanada, dan AS bergerak dalam latihan militer NATO Namejs 2021 di tempat pelatihan di Kadaga, Latvia, pada Senin, 13 September 2021. NATO memperkuat pasukan aliansi dan melakukan latihan di wilayah anggota paling timurnya.AP PHOTO/ROMAN KOKSAROV Berbagai kendaraan militer dan tank milik Polandia, Italia, Kanada, dan AS bergerak dalam latihan militer NATO Namejs 2021 di tempat pelatihan di Kadaga, Latvia, pada Senin, 13 September 2021. NATO memperkuat pasukan aliansi dan melakukan latihan di wilayah anggota paling timurnya.
2. Rusia butuh NATO sebagai "musuh"

NATO dilihat oleh kekuatan konservatif dan nasionalis yang mendominasi pembentukan pertahanan dan keamanan sebagai aliansi yang secara inheren anti-Rusia.

Menurut Moscow Times, target sebenarnya dari NATO tetap Rusia, sama seperti saat Perang Dingin.

Utusan Rusia untuk NATO Dmitry Rogozin pada Maret 2021 menulis di Twitter, NATO terus mengembangkan strategi dan rencana militer untuk melawan Moskwa.

Kekhawatiran itu lalu ditanggapi Rusia dengan memasukkan NATO sebagai bahaya negara nomor satu.

3. Hubungan dengan China

Jika Rusia menjadi anggota NATO, itu akan memperluas ekspansi aliansi tersebut ke China yang berbagi perbatasan 4.000 kilometer dengan Rusia.

Hal tersebut diprediksi akan mengganggu keseimbangan keamanan global tripolar antara NATO, Rusia, dan China.

China, sementara itu, dapat curiga bahwa Rusia dan NATO bersatu untuk menahan atau bahkan melemahkan mereka.

Moscow Times turut menduga kemungkinan AS atau NATO ke depannya bisa melancarkan tindakan militer ke China atau Iran.

Jika serangan itu terjadi dan Rusia menjadi anggota NATO, secara otomatis "Negeri Beruang Merah" akan menjadi sasaran serangan balik China atau Iran.

Untuk menghindari skenario itu, menurut Moscow Times, Rusia harus netral dari NATO.

Baca juga: Daftar Negara Anggota NATO dan Cara Bergabung

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal Collective Security Treaty Organization (CSTO) Stanislav Zas di Nur-Sultan, Kazakhstan, Rabu (12/1/2022).KAZAKHSTAN'S PRESIDENTIAL PRESS SERVICE via AP Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev saat bertemu dengan Sekretaris Jenderal Collective Security Treaty Organization (CSTO) Stanislav Zas di Nur-Sultan, Kazakhstan, Rabu (12/1/2022).
4. Keanggotaan Rusia di CSTO

Alasan keempat kenapa Rusia tidak masuk NATO adalah menghindari berakhirnya keanggotaan mereka di CSTO (Collective Security Treaty Organization) atau Organisasi Traktat Keamanan Kolektif, yang diperjuangkan Moskwa dengan sangat keras sejak pembentukannya pada 2002 untuk menyaingi NATO dan mendapatkan pengaruh keamanan global.

"Saya yakin itu (keanggotaan Rusia di NATO) tidak masuk akal," kata Kepala CSTO Nikolai Bordyuzha pada 16 September 2021.

"Apa arti keanggotaan NATO jika Rusia sudah menciptakan kerangka keamanannya sendiri dengan para sekutunya dan fungsi keamanan kolektif ini berfungsi dengan baik?"

Utusan Rusia untuk NATO Dmitry Rogozin dalam wawancara pada April 2009 dengan European-Asian News juga berkata, "Kami bisa menangani masalah keamanan kami secara mandiri... Kami tidak membutuhkan NATO."

CSTO beranggotakan enam negara yaitu Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan.

Baca juga: Mampukah NATO Menandingi Superioritas Udara Rusia di Wilayah Baltik?

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi Kementerian Pertahanan dan para kepala industri pertahanan di Bocharov Ruchei, resor Laut Hitam di Sochi, Rusia, Rabu (3/11/2021).SPUTNIK KREMLIN/MIKHAIL METZEL via AP Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam pertemuan dengan para pejabat tinggi Kementerian Pertahanan dan para kepala industri pertahanan di Bocharov Ruchei, resor Laut Hitam di Sochi, Rusia, Rabu (3/11/2021).
5. Ambisi global Rusia

Terakhir, jika bergabung dengan NATO maka Rusia merasa "hanya" akan setara negara-negara besar Eropa lainnya seperti Jerman, Inggris, atau Perancis, dan membuyarkan mimpinya sebagai negara adidaya.

Rusia merasa itu bentuk penghinaan bagi derzhavniki, kekuatan nasionalis ketika Uni Soviet masih utuh dan besar

Ikutnya Rusia ke NATO juga dirasa akan menjadi pengakuan de facto bahwa mereka berada di bawah Amerika Serikat dalam organisasi keamanan terbesar dan paling berpengaruh di dunia.

Kremlin ingin mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaannya sebagai kekuatan regional dan global, dan itu tidak mungkin tercapai jika Rusia masuk NATO dengan Amerika Serikat di pucuk pimpinan aliansinya.

Baca juga: Rencana NATO soal Senjata Nuklir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com