Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Muda Tak Mau Jadi Petani, Jepang Terancam Kekurangan Makanan

Kompas.com - 25/06/2024, 20:02 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber DW

 Petani Harus Bekerja dengan Jam Kerja yang Panjang

“Para petani harus bangun pagi-pagi sekali dan pagi hari adalah waktu tersibuk, terutama jika Anda juga harus mempersiapkan anak-anak ke sekolah pada waktu yang sama,” kata Ishii.

“Musim panas juga semakin panas, jadi sebaiknya selesaikan pekerjaan sebanyak mungkin sebelum cuaca menjadi terlalu panas. Jam kerja panjang dan selalu ada sesuatu yang perlu dilakukan.”

Selain jam kerja yang panjang, bertani juga membutuhkan fisik yang kuat. Permasalahannya, perjuangan sebesar itu tak menjamin pemasukan yang sepadan. Rata-rata penghasilan dari pertanian seringkali berada di bawah pendapatan rata-rata di Jepang yang sebesar 6,2 juta yen (Rp 636 juta).

“Ini bukan pekerjaan yang populer karena pendapatannya yang rendah dan tidak stabil,” kata Kazuhiko Hotta, seorang profesor di Universitas Pertanian Tokyo kepada DW.
 
“Pemerintah nasional dan daerah menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong orang menjadi petani, termasuk bantuan biaya hidup sampai dengan ada petani baru yang menetap, mengatur sewa lahan pertanian dan meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru. Namun sejauh ini, dampaknya belum efektif.”

Pertanian di Masa Depan

Hotta juga sangat khawatir tentang “tingkat swasembada yang sangat rendah” di Jepang. Hal itu dikarenakan pasokan yang stabil sangatlah penting bagi kelangsungan hidup negara tersebut, kata Hotta. Meski begitu, ia tetap optimis.

“Seiring dengan banyaknya petani saat ini yang menua dan pensiun, petani baru akan masuk dan akan ada peningkatan dalam manajemen perusahaan berskala besar,” katanya.

“Itu akan memungkinkan transformasi ke bentuk pertanian yang lebih efisien, meskipun ini akan memakan waktu.”

Sementara itu, keluarga Ishii masih tak memiliki niat untuk menyerahkan tanah mereka, terlepas dari tantangan yang ada.

“Ini pekerjaan yang berat, tentu saja, tetapi tidak ada pekerjaan yang lebih baik bagi seseorang yang suka berada di luar, yang suka dikelilingi oleh alam,” kata Keiko Ishii.

“Saya tidak pernah melihat jam untuk melihat apakah sudah waktunya pulang dan senang memiliki fleksibilitas untuk menjadi bos bagi diri sendiri. Saya pikir itulah beberapa alasan mengapa putra saya kembali ke sini.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com