Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Teroris di Dagestan dan Masalah Radikalisme di Rusia

Kompas.com - 25/06/2024, 16:11 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Setidaknya 20 orang terluka dan 60 orang ditahan dalam bentrokan tersebut. Beberapa video di media sosial menunjukkan kerumunan orang di dalam bandara dan di landasan pacu. Beberapa dari mereka tampak mengibarkan bendera Palestina. Sedangkan yang lain memaksa masuk melalui pintu di terminal internasional.

Dagestan selama ini memang identik dengan bentrokan agama dan etnis. Steve Rosenberg dari BBC bercerita bahwa saat dirinya mengunjungi Makhachkala tahun 2010, hampir setiap hari ia mendengar laporan tentang militan yang menyerang polisi atau pejabat setempat.

Seorang polisi bernama Magomed kemudian berkata kepadanya, “Setiap kali saya keluar dari mobil polisi, saya selalu bertanya-tanya apakah para pemberontak akan melihat seragam saya dan menembak saya. Enam rekan kerja saya telah terbunuh tahun ini. Pada malam hari, anda tidak akan menemukan polisi di jalan. Kami semua terlalu takut.”

Masalah ekonomi dan sosial kronis di wilayah tersebut, disertai dengan tingginya pengangguran dan korupsi, telah memperparah gerakan ekstremisme. Ide-ide radikal tumbuh di tanah seperti itu, tulis Rosenberg.

Ketegangan agama dan etnis yang sudah mengakar di Rusia kembali jadi kekhawatiran setelah serangan di Dagestan baru-baru ini, yang terjadi hanya tiga bulan usai serangan teroris lainnya di bulan Maret.

Serangan teroris di bulan Maret lalu di klaim sebagai serangan paling mematikan selama beberapa dekade di Rusia. Lebih dari 130 orang tewas dalam kejadian tersebut.

ISIS-K telah mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa hari itu. Sementara itu, empat orang dari Tajikistan telah ditangkap atas tuduhan terorisme.

Bagi Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang telah lama menjanjikan keamanan dan stabilitas kepada warganya, peristiwa tersebut menjadi sebuah pukulan telak.

Amukan warga atas peristiwa tersebut turut menyebabkan tingginya gelombang xenofobia terhadap para pekerja migran, khususnya dari Asia Tengah.

“Kita tidak boleh lupa bahwa kita adalah sebuah negara multinasional dan multi agama. Kita harus selalu memperlakukan saudara-saudara kita, perwakilan dari agama lain dengan hormat, seperti yang selalu kita lakukan – Muslim, Yahudi, semua orang,” katanya.

Namun, serangan di Dagestan baru-baru ini justru kembali memicu kekhawatiran akan meningginya gelombang kekerasan antar etnis di dalam negeri. Di samping itu, serangan tersebut juga kian meningkatkan kekhawatiran atas semakin banyaknya anak muda yang teradikalisasi di Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com