Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Kirim Kapal Perang Ke Kuba, untuk Apa?

Kompas.com - 15/06/2024, 10:10 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

EMPAT kapal Angkatan Laut Rusia, termasuk kapal selam bertenaga nuklir, tiba di Kuba pada Rabu (12/6/2024) pagi.

Kapal fregat Rusia, Admiral Gorshkov, yang berada di urutan pertama dari konvoi empat kapal tersebut, melepaskan tembakan penghormatan segera setelah memasuki pelabuhan Havana. Tembakan itu kemudian direspon oleh Kuba dengan tembakan meriam dari benteng kolonial abad ke-18 yang dibangun Spanyol untuk menjaga pelabuhan tersebut.

Para penonton dan nelayan tampak berbaris di tepi laut untuk menyaksikan tibanya kapal-kapal tersebut. Tim CNN yang berada di lokasi juga melihat beberapa anggota komunitas kecil Rusia dan para diplomat Rusia membawa bendera mereka untuk menyambut para awak kapal.

Baca juga: Pembunuhan Eks Kapten Kapal Selam Rusia, Ditembak Saat Jogging, Dilacak via Aplikasi Strava

Keempat kapal tersebut sekarang berlabuh di tempat di mana kapal pesiar biasanya berlabuh dan akan berada di titik tersebut sampai dengan 17 Juni ini. Sampai dengan tanggal tersebut, khalayak umum diizinkan untuk masuk dan melakukan tur mengelilingi armada tersebut.

Ini bukan kali pertama Rusia melakukan unjuk kekuatan ke salah satu sekutu lamanya, Kuba yang letaknya dekat dengan Florida, Amerka Serikat (AS). Meski begitu, acara unjuk kekuatan di tahun ini secara resmi menjadi unjuk kekuatan terbesar yang pernah dilakukan Rusia ke Kuba dalam beberapa tahun terakhir.

Kunjungan kapal-kapal perang Rusia itu yang terjadi bersamaan dengan eskalasi konflik Rusia-Ukraina ditafsirkan oleh beberapa pihak sebagai upaya untuk menakut-nakuti.

Apa yang Hendak Disampaikan Rusia?

Pejabat Kuba mengatakan, konvoi kapal Rusia tersebut merupakan bagian dari kunjungan rutin antara angkatan laut kedua negara. Sementara itu, para awak kapal diharapkan dapat melakukan latihan militer selama berada di Karibia. Selain itu, para awak kapal juga diperbolehkan untuk beristirahat atau pergi melihat tempat-tempat wisata lokal.

Namun, para analis beranggapan bahwa aksi ini juga dilakukan Moskwa sebagai upaya untuk memamerkan kekuatan angkatan lautnya di halaman belakang Amerika Serikat (AS). Spekulasi ini berangkat dari meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS akhir-akhir ini, khususnya menyusul keputusan Presiden Joe Biden pada Mei lalu untuk mengizinkan Ukraina menyerang target Rusia dengan senjata AS.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah berjanji akan membalas, tak hanya terhadap AS, namun juga sekutu Barat Ukraina lainnya yang juga mengeluarkan izin serupa.

“Itu akan menandai keterlibatan langsung mereka dalam perang melawan Federasi Rusia, dan kami berhak untuk bertindak dengan cara yang sama,” kata Putin minggu lalu sembari berkata bahwa Moskwa sudah siap untuk menggunakan senjata nuklir.

Benjamin Gedan, direktur program Amerika Latin di lembaga pemikir Wilson Center mengatakan kepada AP bahwa “kapal perang tersebut merupakan pengingat bagi Washington bahwa sungguh tidak mengenakan jika ada musuh yang ikut campur di (lingkungan) anda.”

William Leogrande, profesor Universitas American juga berpendapat serupa. Ia mengatakan kepada AP bahwa “kunjungan kapal perang Rusia adalah cara Putin untuk mengingatkan Biden jikalau Moskwa mampu menantang Washington di wilayah pengaruhnya sendiri.”

Baca juga: Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Secara bersamaan, unjuk kekuatan angkatan laut itu juga untuk meyakinkan sekutu Moskwa di Amerika Latin – Kuba dan Venezuela, terkait dukungan berkelanjutannya bagi upaya mereka dalam melawan Washington, kata beberapa pakar.

Sama seperti Rusia dan Kuba, Venezuela yang hancur secara ekonomi juga memiliki hubungan tidak baik dengan AS, serta berada di bawah sanksi Amerika.

Kapal Apa Saja yang Ada Dalam Unjuk Kekuatan?

Ada empat kapal yang dikirimkan Rusia ke Kuba dalam acara unjuk kekuatan tahun ini.

Admiral Gorshkov: Berperan sebagai kapal utama dalam konvoi tersebut. Kapal fregat ini merupakan kapal perang yang ringan untuk dikemudikan dan dapat dengan mudah bermanuver. Kapal ini merupakan salah satu model kapal angkatan laut Rusia yang paling modern. Tak hanya mampu melakukan serangan rudal jarak jauh dan peperangan anti kapal selam, kapal ini juga sangat sulit dideteksi radar karena menggunakan teknologi siluman.

Kapal itu kemudian dilengkapi rudal hipersonik Zircon yang menurut Putin dapat terbang sembilan kali lebih cepat daripada kecepatan suara pada jarak lebih dari 1.000 km. Selain itu, kapal ini turut membawa rudal jelajah Kalibr dan Oniks.

Kazan: Kapal ini merupakan kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi oleh reaktor nuklir. Kapal ini juga diyakini memiliki rudal dari keluarga Kalibr dan Oniks.

Pashin: Kapal ini berperan sebagai kapal tanker minyak dan kapal tunda penyelamat.

Nikolai Chiker: Kapal ini digunakan dalam konvoi sebagai kapal pendukung.

Bagaimanakah Respon AS?

Para pejabat AS sama sekali tak menganggap kehadiran kapal-kapal itu sebagai sebuah ancaman. Mereka berpendapat bahwa unjuk kekuatan tersebut hanyalah bagian dari persinggahan pelabuhan yang memang biasa dilakukan oleh Rusia dan Kuba.

“Tentu saja kami menanggapinya dengan serius, tetapi latihan ini tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat,” kata Pentagon.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, berkata kepada wartawan pada hari Rabu bahwa latihan angkatan laut semacam itu merupakan acara rutin. Selain itu, tak ada tanda-tanda Moskwa mengirim rudal ke Havana.

“Kami telah melihat hal semacam ini sebelumnya, dan kami berharap untuk melihat hal seperti ini lagi, dan saya tidak akan menganggapnya memiliki motif tertentu,” kata Sullivan seraya berkata bahwa AS tetap akan waspada.

AS sebelumnya juga telah mengerahkan kapal dan pesawat guna memantau pergerakan kapal-kapal Rusia itu bahkan sebelum mereka tiba di Kuba. Berdasarkan pengamatan tersebut, tidak ditemukan adanya senjata nuklir di dalamnya. Selain itu, armada Rusia tersebut juga tampak bertahan di perairan internasional sepanjang pergerakan.

Apa Kata Pihak Kuba dan Rusia?

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Selasa lalu bahwa armada mereka telah melakukan latihan sebelumnya di Atlantik ketika sedang dalam perjalanan menuju Kuba. Para awak kapal berlatih menggunakan rudal berpresisi tinggi dengan bantuan simulasi target oleh komputer yang terletak pada jarak lebih dari 600 km.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Kuba telah menekankan sebelum kedatangan armada Rusia tersebut bahwa tak akan ada satu pun kapal Rusia yang membawa senjata nuklir. Tak hanya itu, mereka juga menjelaskan bahwa kehadiran armada Rusia “tidak mewakili ancaman bagi kawasan tersebut.”

“Kunjungan oleh unit angkatan laut dari negara lain merupakan praktek historis pemerintah revolusioner dengan negara-negara yang memelihara hubungan persahabatan dan kolaborasi,” kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Apakah Ini Pengulangan dari Peristiwa Tahun 1962?

Rusia dan Kuba telah lama bersatu dalam upaya menentang AS. Selama Perang Dingin, keduanya bahkan menjalin hubungan yang lebih erat daripada sebelum-sebelumnya. Saat itu, Uni Soviet berteman dengan Kuba karena memiliki ideologi yang sama.

Hubungan baik keduanya juga tampak dari banyaknya dukungan yang diberikan Moskwa kepada Havana di periode itu, yang mencakup uang, peralatan militer, hingga pelatihan angkatan laut. Karena itu, kekuatan militer Kuba pun mengalami peningkatan.

Tahun 1962, Moskwa mulai mentransfer senjata nuklir ke Kuba, aksi yang mengundang kecaman dari AS. Akibatnya, AS memberlakukan blokade laut di Havana. Fenomena itu kini dikenal sebagai Krisis Rudal Kuba tahun 1962.

Ketika Uni Soviet jatuh, begitu pula Kuba juga jatuh ke dalam krisis ekonomi yang sangat parah akibat kehilangan mitra ekonomi utamanya. Meski demikian, hubungan antar keduanya akhirnya kembali meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Para analis berpendapat bahwa unjuk kekuatan angkatan laut yang terjadi saat ini dapat menjadi tanda atas hubungan Rusia dan Kuba yang semakin erat. Meski begitu, mereka mencatat bahwa hal tersebut tak serta merta berarti peristiwa tahun 1962 akan kembali terulang. Sebaliknya, Kuba kali ini kembali tertarik dengan Rusia karena alasan ekonomi, bukan ideologi.

AS telah memberlakukan larangan untuk entitas AS melakukan aktivitas perdagangan dengan Kuba sejak tahun 1958. Ini merupakan sanksi perdagangan terlama yang pernah ada dalam sejarah modern. Sanksi tersebut diberikan sebagai respon atas penggulingan pemerintah yang didukung AS di Havana oleh Fidel Castro.

Meskipun sanksi telah sempat dilonggarkan dalam beberapa kesempatan, sanksi tersebut sebagian besar masih terus berlaku selama bertahun-tahun.

Pada tahun 2015, presiden AS saat itu, Barack Obama, memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Kuba setelah 50 tahun. Namun, upaya tersebut terhambat setelah Donald Trump naik menggantikannya dan mengubah arah kebijakannya. Ditambah dengan kebijakan pemerintah yang tidak stabil, naiknya Donald Trump justru kian menekan perekonomian negara Karibia tersebut.

“Blokade tersebut memenuhi syarat sebagai kejahatan genosida,” kata Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez Parrilla pada pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada November, mengacu kepada sanksi AS.

Bersamaan dengan itu, memburuknya pelayanan publik, pemadaman listrik secara berkala, kekurangan pangan dan bahan bakar, serta inflasi tinggi telah mendorong Kuba masuk lebih dalam ke titik krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dekade.

Karena itu, Kuba mulai kembali beralih ke Rusia dalam beberapa tahun terakhir ini dengan tujuan utama yaitu menarik investor asing.

Upaya ini akhirnya menuai hasil manis. Tahun 2022, perdagangan bilateral antar kedua negara tersebut telah meningkat sebanyak tiga kali lipat dibandingkan tahun 2021, jumlahnya mencapai 450 juta dolar AS. Sekitar 90 persen dari perdagangan itu berasal dari penjualan produk minyak bumi dan minyak kedelai.

Pada Mei lalu, kedua negara juga memulai serangkaian kemitraan ekonomi, termasuk yang akan memungkinkan bisnis Rusia menyewa tanah Kuba selama 30 tahun.

Ricardo Cabrisas, mantan menteri perdagangan luar negeri Kuba, mengatakan kepada wartawan di bulan Mei lalu bahwa hubungan ekonomi Rusia dan Kuba akan tumbuh lebih kuat. “Tidak ada dan tidak seorang pun dapat menghentikannya.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com