Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pemulihan Keamanan di Ekuador Picu Kekhawatiran Terkait HAM

Kompas.com - 13/06/2024, 17:00 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber Al Jazeera

“Sistem peradilan sangat lemah, dan memiliki kekurangan yang serius, sejak penyelidikan kriminal dimulai,” kata Pappier, menunjuk pada kekurangan dalam “perlindungan hakim dan jaksa, kontrol atas sistem penjara (dan) kapasitas untuk menyelidiki pencucian uang dan korupsi.”

Esteban Torres, wakil menteri pemerintah, menolak tuuhan-tuduhan yang terkandung dalam surat HRW tersebut. Dalam konferensi pers tanggal 27 Mei, ia menghubungkan surat itu dengan teori konspirasi terkait seorang filantropis dan miliarder, George Soros.

“Di balik LSM itu ada George Soros, yang mempromosikan disorganisasi masyarakat kita di seluruh dunia dan penetrasi kelompok-kelompok tidak teratur yang bersembunyi di balik hak asasi manusia,” kata Torres.

“Kami menerima kritik ini, dan kami akan melakukan koreksi seperlunya, tetapi kami tidak akan berhenti memerangi korupsi dengan cara apapun yang diperlukan. Pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat Ekuador, bukan kepada LSM internasional.”

Menekan Kejahatan

Pada 22 Mei, pada hari yang sama ketika surat terbuka tersebut dirilis, pemerintah Ekuador mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari di beberapa provinsi seperti Los Rios, Guayas, Santa Elena, Manabi, El Oro, Sucumbios, dan Orellana. Keenam dari tujuh provinsi tersebut dipilih karena telah berkontribusi sebanyak kira-kira 84 persen dari total kematian karena senjata api di Ekuador pada tahun 2024.

Keadaan darurat yang mulai diterapkan pada hari itu memberikan wewenang kepada polisi dan angkatan bersenjata untuk melakukan inspeksi terhadap setiap rumah atau komunikasi personal tanpa memerlukan izin.

Walau kebijakan tersebut ditakuti akan meningkatkan resiko masalah hak asasi manusia lebih lanjut, Presiden Noboa justru memuji langkah-langkah tersebut sebagai sebuah keberhasilan. Menurut “blok keamanan” – istilah yang digunakan pemerintah untuk menggambarkan kolaborasinya dengan polisi dan angkatan bersenjata – pembunuhan tahun ini telah turun hingga 16 persen.

Pada minggu terakhir bulan Mei, pasukan polisi mengatakan bahwa mereka telah menahan sebanyak 735 orang, dan 120 di antaranya dianggap sebagai anggota organisasi kriminal tingkat menengah hingga tinggi.

Taktik “tangan besi” Noboa rupanya juga telah memperoleh dukungan luas. Menurut jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei CB Consultora pada bulan Mei, Noboa adalah presiden paling populer di Amerika Latin. Di bulan April, para pemilih juga tampak sangat mendukung referendum pemungutan suara untuk memperkuat kehadiran militer Ekuador dan menambah hukuman penjara.

Referendum itu hadir pada masa-masa yang sangat penting bagi Ekuador. Pandemi Covid-19 telah memperburuk perekonomian Ekuador. Akibatnya, geng-geng penyelundup narkoba memanfaatkan situasi tersebut untuk meningkatkan pengaruh mereka di Ekuador.

Geng-geng itu mencakup geng-geng terkenal seperti Los Choneros dan Los Lobos. Selain pelabuhan, Ekuador sangat menarik perhatian bagi para geng-geng ini karena lokasinya terletak di antara Kolombia dan Peru, dua negara penghasil kokain terbesar di dunia.

Ketika geng-geng tersebut sibuk memperebutkan wilayah dan rute penyelundupan narkoba, di situlah Ekuador mengalami peningkatan kekerasan yang signifikan. Menurut Ecuadorian Observatory on Organized Crimes, angka pembunuhan di Ekuador telah meningkat lebih dari 574 persen dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2023.

Dukungan Publik

Wali Kota Portovelo, Yulissa Aguilar, merupakan salah satu pendukung taktik keras terhadap kejahatan. Aguilar baru menjadi walikota pada bulan April ketika pendahulunya, Jorge Maldonado, dibunuh orang-orang bersenjata. Sejak saat itu, Aguilar terus berada di bawah perlindungan polisi.

Aguilar berkata kepada Al Jazeera bahwa ia menyadari adanya perbedaan antara situasi di awal tahun dengan situasi saat keadaan darurat pertama kali diberlakukan.

“Selama periode pertama, mereka yang datang ke Portovelo untuk melakukan kejahatan apapun itu pergi meninggalkan kota,” katanya.

Meski begitu, Portovelo terus menghadapi berbagai tantangan. Portovelo dengan jumlah penduduk 13.500 orang telah menjadi pusat pertambangan utama selama beberapa dekade. Namun, hal itu justru telah menjadikan Portovelo sebagai tujuan kejahatan terorganisasi.

Sebuah studi di tahun 2023 menemukan bahwa Portovelo dan kota terdekatnya, Zaruma, merupakan pusat utama penambangan industri ilegal di negara itu.

“Dua tahun yang lalu, kelompok kriminal terorganisasi mulai datang ke sini karena mereka percaya bahwa, sebagai kota pertambangan, semua yang berkilau adalah emas,” kata Aguilar.

Aguilar kemudian menambahkan, pemerasan juga merupakan masalah utama bagi para pengusaha lokal. Sayangnya, sebagian besar korban tak melaporkannya karena takut. “Berdasarkan percakapan tidak resmi, saya dapat berkata bahwa tiga dari sepuluh pengusaha telah diperas.”

Aguilar berharap keadaan darurat yang diperbaharui akan membantu memulihkan ketertiban di kota tersebut. Dia berkata bahwa dia mempercayai militer.

“Sebagai warga negara, saya ingin percaya bahwa pasukan keamanan kita akan berperilaku dengan benar, mematuhi hukum dan menghormati hak asasi manusia,” katanya.

Ipanaque di satu sisi juga berkata bahwa dirinya tidak akan menyalahkan pemerintah secara langsung atas apa yang terjadi pada putranya, Vega. Ia hanya ingin keadilan.

“Saya tidak menentang pemerintah,” katanya. “Saya hanya ingin mereka mempekerjakan orang yang terlatih. Namun tentara terlatih untuk perang, dan sekarang mereka berurusan dengan warga sipil. Mereka tak seharusnya bertindak seperti ini.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com