Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Kompas.com - 24/05/2024, 17:05 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

CHINA baru saja melancarkan latihan militer skala besar selama dua hari di sekitar wilayah Taiwan. Operasi tersebut mereka lancarkan sebagai “hukuman” atas “tindakan separatis” yang mengacu pada pemilihan dan pelantikan presiden baru Taiwan, Lai Ching-te.

Lai sendiri berasal dari Partai Progresif Demokratik (DPP), partai yang sangat tidak disukai oleh China karena partai tersebut memandang Taiwan sebagai negara berdaulat de facto. Sebelum pemilihan umum (pemilu), Beijing telah memperingatkan bahwa kemenangan Lai akan kembali memanaskan ketegangan dan konflik antara China dan Taiwan.

Para pemilih mengabaikan peringatan tersebut dan pada akhirnya memenangkan Lai, mengembalikan DPP ke tampuk kekuasaan untuk periode yang ketiga.

Baca juga: China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Hubungan China dan Taiwan diperburuk dengan pidato Lai saat inagurasi yang menyebutkan bahwa “era kejayaan demokrasi Taiwan telah tiba” sembari meminta Beijing untuk menghentikan “intimidasi” terhadap Taiwan dan menghormati keputusan Taiwan untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Kini, hubungan China dan Taiwan semakin tegang. Ancaman invasi China ke Taiwan tampaknya harus mulai dianggap lebih serius. Namun, seberapa kuatkah Taiwan dalam mempertahankan dirinya dari invasi China?

Kekuatan Militer Taiwan

Dari segi skala, tentu Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China jauh lebih besar daripada Taiwan. Meski demikian, peningkatan pengeluaran pertahanan Taiwan yang signifikan beberapa tahun terakhir tidak boleh diabaikan.

Di bawah kepemimpinan pendahulu Lai, Tsai Ing-wen, rata-rata pengeluaran pertahanan Taiwan telah meningkat hampir lima persen per tahun. Pengeluaran ini diperkirakan akan terus meningkat lagi pada tahun 2024.

Saat ini, Taiwan sedang menerapkan pendekatan asimetris untuk mempertahankan diri dari China. Pendekatan ini mereka sebut sebagai strategi “landak”. Strategi ini melibatkan penggunaan senjata yang lebih kecil namun sangat efektif untuk membuat invasi oleh kekuatan yang lebih besar menjadi sangat menguras dana dan sulit.

Contoh-contoh senjata kecil yang dimaksud dalam strategi ini seperti kendaraan udara tak berawak (UAV) atau drone, amunisi berbiaya rendah seperti rudal pertahanan pesisir bergerak (CDCM) yang dapat menghancurkan kapal dan peralatan angkatan laut China yang mahal, kapal serangan cepat dan kapal rudal miniatur yang dapat disebar di antara kapal nelayan di pelabuhan-pelabuhan Taiwan, serta ranjau laut dan kapal penebar ranjau cepat untuk mempersulit operasi pendaratan dari angkatan laut yang datang untuk menginvasi.

Tak hanya senjata kecil, Taiwan juga sedang menggiatkan investasi untuk senjata-senjata besar, khususnya dari Amerika Serikat (AS). AS merupakan penyumbang peralatan militer terbesar Taiwan. Selama beberapa dekade, AS telah menjual berbagai jenis senjata ke Taiwan.

Sekarang saja, Taiwan sedang menunggu pengiriman peralatan militer AS yang dibeli senilai 19 miliar dolar, termasuk jet tempur, tank, rudal, dan senjata yang lebih kecil.

Taiwan Punya Kondisi Geografis Menguntungkan

Untuk masuk ke wilayah Taiwan, China harus menyeberangi Selat Taiwan yang lebarnya 144 km dan sangat berombak akibat cuaca ekstrem. Dengan begitu, invasi melalui laut hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja dalam setahun.

Meski begitu, tantangan bagi China tidak akan berhenti sampai di situ. China akan membutuhkan ribuan kapal untuk mengirim ratusan ribu pasukannya melintasi Selat Taiwan yang penyeberangannya dapat memakan waktu berjam-jam. Untuk mengirim keseluruhan pasukannya melalui Selat Taiwan, waktu yang dibutuhkan dapat mencapai berminggu-minggu.

Dengan durasi seperti itu, Taiwan akan memiliki cukup waktu untuk menghancurkan kapal-kapal tersebut sebelum berhasil tiba di Taiwan. Taiwan juga akan memiliki cukup waktu untuk menempatkan pasukan di lokasi-lokasi pendaratan potensial dan mendirikan penghalang.

Penting untuk dipertimbangkan bahwa tak banyak titik yang cocok untuk dijadikan lokasi pendaratan kapal di Taiwan. Jikalau kapal-kapal China berhasil melintasi Selat Taiwan, mereka harus mencari cara untuk mendarat dengan aman.

Baca juga: China Hukum Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com