Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Kontroversial Nayib Bukele Atasi Kejahatan di El Salvador

Kompas.com - 28/03/2024, 07:37 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Oktober lalu, Bukele menyarankan untuk menangani militan Hamas dengan mengadopsi pendekatan tanpa toleransi terhadap MS-13 (geng terbesar di El Salvador yang juga jadi target strategi tegas Bukele).

Walau terbukti memberikan hasil signifikan dan ditiru oleh negara-negara lain, strategi Presiden Bukele banyak dikritik akibat mengabaikan nilai-nilai hak asasi manusia selama implementasinya. Kebijakan tanpa toleransinya telah meningkatkan popularitasnya sekaligus membuat indikator hak asasi manusia El Salvador jatuh drastis.

Strategi tegas pemerintahan Bukele untuk menurunkan tingkat pembunuhan singkatnya menekankan pada penerapan keadaan darurat yang dapat terus diperpanjang sehingga memungkinkan mereka menangkap tersangka anggota geng secara sewenang-wenang dan tanpa proses hukum.

Menurut jurnalis investigasi El Salvador dan sebuah investigasi kriminal yang dipimpin mantan jaksa agung, untuk menjatuhkan geng tersebut Bukele pertama-tama akan bernegosiasi dengan para pemimpin geng. Selanjutnya, ia melakukan operasi penangkapan besar-besaran terhadap para anggota geng tersebut, di mana banyak orang tidak bersalah juga ikut tertangkap. Dengan cara seperti itulah geng-geng diruntuhkan.

Amnesty International dalam laporannya pada Desember 2023 memperingatkan adanya “fokus hukuman dan represif yang semakin mendalam di bidang keamanan publik” dan “penggunaan penyiksaan dan kekerasan lainnya secara sistematis terhadap tahanan di pusat-pusat pemasyarakatan” di El Salvador.

Banyak yang berpendapat resiko-resiko seperti itu sepadan dengan hasilnya. Meski begitu, para kritikus mengatakan, jika hanya melihat hasil, sebetulnya tingkat pembunuhan di El Salvador juga sudah mengalami penurunan sebelum Bukele menjabat.

Para kritikus juga mengatakan, penurunan angka kejahatan di El Salvador tidak akan bertahan lama. Pemerintah tidak melakukan apapun untuk mengatasi penyebab mendasar dari kekerasan geng seperti kemiskinan dan diskriminasi.

Pemerintah justru mendorong tumbuhnya kebencian dan perekrutan lebih lanjut oleh geng. Buktinya, banyak organisasi kriminal yang kini meneror wilayah Amerika Latin lahir di penjara.

Ada kritikus yang mengatakan bahwa kisah kesuksesan Bukele bukanlah kekalahan geng, melainkan pelestarian kekuasaannya. Salah satunya terlihat dari bagaimana Bukele menjuluki dirinya sebagai “diktator paling keren di dunia” ketika menanggapi kritik terkait cara kerasnya.

 Siapa Nayib Bukele?

Nayib Bukele besar di San Salvador. Ayahnya seorang Muslim keturunan Palestina yang membuka waralaba McDonald’s pertama di El Salvador. Ayahnya juga memiliki bisnis tekstil, perusahaan hubungan masyarakat, dan berkontribusi dalam pembangunan empat masjid.

Bukele, yang memiliki tiga saudara laki-laki dan tujuh saudara tiri bersekolah di sekolah swasta bilingual. Ia cukup populer semasa sekolah sehingga ia sempat menjadi ketua kelas semasa SMA. Di buku tahunannya, Bukele menulis di bawah fotonya: “teroris kelas.”

Karir politiknya bermula saat usianya menginjak 30 tahun yaitu sebagai wali kota dari kota dengan populasi kurang dari 10.000 orang. Setelah satu periode, ia menjadi walikota San Salvador. Di usianya yang ke 37 tahun, ia dilantik menjadi Presiden El Salvador.

Bukele menyatakan dirinya sebagai seorang reformis anti korupsi dengan slogan kampanyenya “Ada cukup uang untuk dibagikan selama tidak ada yang mencuri.”

Ia juga menggambarkan dirinya sebagai gabungan dari Alexander Agung dan Steve Jobs atau dengan kata lain seorang penguasa dengan pandangan berseberangan dengan prinsip-prinsip konvensional dalam masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com