Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Penyebab Meningkatnya Kekerasan Geng di Ekuador

Kompas.com - 26/03/2024, 20:21 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Dampak Perjanjian Perdamaian di Kolombia

Sudah beberapa dekade lamanya Kolombia terjebak dalam konflik internal akibat perebutan kekuasaan antara pasukan pemerintah, kelompok paramiliter sayap kanan, jaringan kriminal, dan pemberontak sayap kiri.

Tahun 2016, kelompok sayap kiri terbesar di Kolombia, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) menyetujui perjanjian perdamaian untuk membubarkan angkatan bersenjatanya, dengan syarat konsesi seperti pembangunan pedesaan dan program jaminan sosial.

Saat ribuan anggota FARC menurunkan senjata, terjadilah kekosongan kekuasaan. Bubarnya FARC justru membuka peluang baru bagi kelompok lain untuk mengambil alih jalur penyelundupan narkoba yang lebih menguntungkan, khususnya di sepanjang perbatasan.

Ketika geng dan kelompok bersenjata lainnya memperebutkan kekuasaan, konflik akhirnya pecah di Kolombia dan kemudian menyebar ke negara tetangganya, Ekuador. Beberapa anggota FARC yang tidak setuju dan kecewa dengan perjanjian perdamaian bahkan memindahkan operasi mereka ke Ekuador.

Korupsi Sistemik

Hukuman penjara tidak menghentikan operasi geng kriminal di Ekuador. Tahun 2022, kepala lembaga penjara SNAI memperkirakan bahwa 11.000 dari 32.000 orang yang dipenjara adalah anggota geng.

Ahli dari PBB juga melaporkan bahwa beberapa bagian dari penjara di Ekuador “dikelola sendiri oleh para tahanan yang merupakan anggota organisasi kriminal.”

Para ahli kemudian berpendapat, korupsi sistemik yang ada turut memperkuat kondisi tersebut. Hal ini menyebabkan geng-geng kriminal di Ekuador masih mampu beroperasi tanpa hambatan.

“Telah terbukti bahwa semua struktur politik dan peradilan di negara ini korup. Kita benar-benar dapat melihat bahwa kejahatan terorganisir mempunyai pengaruh besar dalam sistem peradilan,” kata Domenica Avila-Luna, ekonom Ekuador dan analis politik di King’s College London.

Geng-geng tersebut juga telah mengambil langkah-langkah ekstrem untuk menghalangi upaya penegakkan keadilan. Pada bulan Januari contohnya, seorang jaksa yang sedang dalam upaya penyelidikan atas penyerbuan dan penyerangan di stasiun TV tewas tertembak di Guayaquil.

Jaksa Agung Diana Salazar mengatakan bahwa dia yakin kekerasan terorganisir adalah penyebab pembunuhan tersebut.

Melemahnya Sistem Peradilan

Para ahli berpendapat, meningkatnya kekerasan geng di Ekuador juga didorong dari pemerintahan tingkat tinggi dari negara itu sendiri. Beberapa presiden yang pernah memimpin Ekuador dikatakan telah berkontribusi dalam melemahnya sistem peradilan.

Mantan Presiden Rafael Correa misalnya yang dituduh oleh Human Rights Watch telah menekan hakim dan mencampuri hasil dari suatu kasus. Correa akhirnya dihukum karena kasus korupsi.

Penerusnya, Lenin Moreno, berjanji akan mengambil pendekatan berbeda terhadap sistem peradilan. “Saya tidak akan pernah memanggil hakim untuk mempengaruhi mereka,” kata Moreno saat pelantikannya pada tahun 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com