Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaza Terancam Bencana Kelaparan karena Bantuan Diadang Israel

Kompas.com - 21/03/2024, 10:07 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Perwakilan Israel untuk PBB di Jenewa membantah tuduhan Türk. Dia sebaliknya menuduh Turk telah "sepenuhnya mengabaikan tanggung jawab PBB dan Hamas".

“Israel melakukan segala cara untuk membanjiri Gaza dengan bantuan, termasuk melalui darat, udara dan laut,” tegasnya.

Pernyataan tersebut kemudian dibantah oleh para pekerja bantuan. Mereka mengatakan, sebagian besar masalah di Gaza utara disebabkan oleh buruknya keamanan pada saat konvoi bantuan karena Israel menargetkan polisi yang mengawal kiriman bantuan itu.

Pemerintah Israel juga dituduh tidak mematuhi instruksi Mahkamah Internasional untuk memfasilitasi upaya bantuan kepada warga Palestina.

Menurut Oxfam, sebuah lembaga non-pemerintah yang berfokus pada kemiskinan dan ketidakadilan global, pemerintah Israel “pada akhirnya harus bertanggung jawab atas kegagalan respons internasional terhadap krisis di Gaza”. Dalam laporannya, Oxfam merincikan bagaimana pihak berwenang Israel telah secara sewenang-wenang menolak barang bantuan dengan klaim barang-barang bantuan tersebut dapat digunakan untuk tujuan ganda (barang sipil sekaligus tujuan militer), contohnya seperti obor, baterai, dan pasokan medis.

Baca juga: Bagaimana Caranya Bantuan Kemanusian Masuk ke Gaza?

Oxfam menuduh Israel menghambat para pekerja kemanusiaan dengan menghentikan distribusi peralatan-peralatan penting, seperti alat komunikasi, rompi pelindung, mobil lapis baja, generator, dan perumahan prefabrikasi (rumah cepat bangun) untuk staf.

“Beberapa barang mungkin lolos pada satu hari dan ditolak pada hari berikutnya. Daftar barang yang ditolak sangat banyak dan selalu berubah,” kata Oxfam. Contohnya dalam sebuah kasus, barang-barang termasuk kantung air dan alat tes untuk air minum ditolak tanpa alasan, namun tiba-tiba diizinkan masuk.

“Pengiriman peralatan pengujian kualitas air dari Oxfam belum dapat dikirimkan sejak bulan Desember,” kata Oxfam.

“Sering kali ketika sebuah barang dianggap ‘penggunaan ganda’ oleh Israel, truk tersebut terpaksa keluar dari antrean. Mengisi ulang truk untuk bisa masuk jalur inspeksi lagi bisa memakan waktu 20 hari.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com