Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kekristenan di Gaza

Kompas.com - 07/02/2024, 06:00 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Situs itu terkenal sebagai tempat kelahiran Santu Hilarius (Hilarion), seorang biarawan Palestina dari abad keempat, yang membantu merintis hidup bertapa (monastisisme).

Penyebaran Agama Kristen

Kehadiran gereja-gereja dan biara-biara perdana itu, serta adanya referensi dalam Alkitab, menunjukkan bahwa agama Kristen di Gaza telah berakar seiring dengan berkembangnya agama itu di wilayah tersebut.

Namun penerimaan terhadap agama kristen secara luas baru terjadi pada abad kelima. Menurut Nicole Belayche, profesor emerita di Ecole Pratique des Hautes Études, Paris yang antara lain membuat penelitian tentang pemujaan berhala di Kekaisaran Romawi, kekuatan kultus pagan di Gaza sebelum abad kelima "tak terbantahkan".

Dalam esainya di buku Christian Gaza in Late Antiquity, dia menulis bahwa ketika Porfirius ditahbiskan menjadi uskup di Gaza, populasi umat Kristen berjumlah "kurang dari tiga ratus dari total populasi yang diperkirakan sekitar 20.000 - 25.000 orang".

Konversi massal orang Gaza ke agama Kristen dimulai pada abad kelima pada masa kekuasaan Kekaisaran Bizantium, penerus Kekaisaran Romawi Timur.

“Ini merupakan proses yang sulit dan membutuhkan intervensi kekaisaran,” tulis Belayche.

Menurut dia, keraguan orang-orang pagan itu untuk masuk ke dalam kekristenan kemudian dapat diatasi oleh upaya orang-orang suci, seperti Porfirius, dan karena adanya penggabungan ritual adat setempat ke dalam ritual gereja.

Meski agama Kristen kemudian dianut secara luas pada akhir abad keenam, hal itu tidak berlangsung lama karena kemudian muncul agama dominan yang baru.

Dalam buku History of the City of Gaza, sarjana Yahudi-Amerika, Martin A Meyer, pada akhir abad ke-19 menulis, "Iman baru ini hampir tidak memiliki cukup waktu untuk berkembang sebelum Islam menyapunya dari wilayah ini selamanya."

Pernyataan Meyer itu bersifat hiperbolis. Ada benarnya bahwa selama berabad-abad setelah penaklukan wilayah itu oleh orang-orang Arab, sebagian besar penduduknya masuk Islam. Namun masih ada kelompok minoritas kristen di Gaza, yang bertahan selama berabad-abad dan sempat menikmati perkembangan singkat di bawah pemerintahan Tentara Salib pada abad ke-12.

Kekristenan modern dan "Ancaman Kepunahan"

Seperti warga Palestina lainnya, banyak umat Kristen di wilayah itu yang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak berdirinya negara Israel tahun 1948. Akibatnya, populasi orang Kristen di Gaza terus menyusut selama beberapa dekade, sebuah tren yang terus berlanjut setelah Nakba (bencana).

Istilah nakba itu merujuk pada peristiwa yang terjadi tahun 1948, ketika pendirian negara Israel menyebabkan pengusiran massal dan pelarian sekitar 750.000 orang Palestina dari rumah dan tanah mereka. Peristiwa ini menandai awal dari konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina, yang memiliki akar historis dan politis yang dalam.

Menurut laporan The Guardian, ada 6.000 umat Kristen Palestina di Gaza pada pertengahan tahun 1960-an dan jumlah tersebut telah menurun menjadi 1.000 saat ini.

Sejak pengepungan Israel di Gaza dimulai tahun 2007, umat kristen menghadapi pembatasan pergerakan yang sama seperti yang dialami tetangga muslim mereka. Mereka terputus dari komunitas kristen yang lebih besar di Tepi Barat dan Yerusalem.

Mereka memerlukan izin Israel untuk melakukan perjalanan ke daerah-daerah tersebut jika hendak mengikuti acara keagamaan. Permintaan izin itu, dalam banyak kasus, ditolak oleh pihak Israel.

Mitri Raheb, pendeta Gereja Lutheran Evangelis dan pendiri Universitas Dar al-Kalima di Betlehem, mengatakan bahwa Perang Israel dengan Hamas saat ini dapat mengakhiri sejarah panjang kekristenan di wilayah tersebut.

“Komunitas ini terancam punah,” kata Raheb kepada Al Jazeera. “Saya tidak yakin apakah mereka akan selamat dari pengeboman Israel, dan bahkan jika mereka selamat, saya rasa banyak dari mereka yang ingin pindah.” “Kami tahu bahwa dalam generasi ini, kekristenan tidak akan ada lagi di Gaza,” tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com